Pada sepoi angin yang tak pernah hilang
Kuberlari
memeluk perjalanan
Pada
tanah-tanah kering di ujung ladang
Kutapak
langkah tuk pulang
dan
pada bundo, si kasih tuo
Tunggu
aku di meja makan
Bundo
Perutku
menderu sedari tadi
Peluhku
jatuh tak ada yang peduli
Orang
perantau, dibiarkan mandiri
Sakit
pun harus bangkit
Kalau
tidak, kenyang hanya mimpi
Bundo
Bila
telah sampai aku di rumah
Ajaklah
aku melahap santapan sambil berbincang
Panggil
aku, seperti aku lama bermain siang
Setelah
habis semua hidangan
Suruh
aku tidur,
Bilang,
“pulaslah, anak bujang.”
*) Asyilah Nurhafidza, lahir di
Kepahiang, Bengkulu, pada 2 Maret 2008, kini duduk di kelas tiga SMA IT Insan
Cendekia Payakumbuh. Ia mencintai dunia menulis, terutama puisi yang baginya
menjadi ruang ekspresi dan sarana bernostalgia, sehingga banyak karyanya
bernuansa masa lalu, kerinduan, dan kehangatan. Bertekad menjadi penulis, ia
memandang masa SMA sebagai langkah awal meraih mimpinya, dengan keyakinan bahwa
kegagalan bukanlah halangan selama terus berusaha. Beberapa karyanya telah
terbit di Scientia Indonesia, menjadi bukti awal perjalanannya sebagai penulis
muda.

Komentar
Posting Komentar