Puisi: MEJA MAKAN BUNDO

 

Pada sepoi angin yang tak pernah hilang

Kuberlari memeluk perjalanan

Pada tanah-tanah kering di ujung ladang

Kutapak langkah tuk pulang

dan pada bundo, si kasih tuo

Tunggu aku di meja makan

 

Bundo

Perutku menderu sedari tadi

Peluhku jatuh tak ada yang peduli 

Orang perantau, dibiarkan mandiri

Sakit pun harus bangkit

Kalau tidak, kenyang hanya mimpi

 

Bundo

Bila telah sampai aku di rumah

Ajaklah aku melahap santapan sambil berbincang

Panggil aku, seperti aku lama bermain siang

Setelah habis semua hidangan

Suruh aku tidur,

Bilang, “pulaslah, anak bujang.”

 

 

*) Asyilah Nurhafidza, lahir di Kepahiang, Bengkulu, pada 2 Maret 2008, kini duduk di kelas tiga SMA IT Insan Cendekia Payakumbuh. Ia mencintai dunia menulis, terutama puisi yang baginya menjadi ruang ekspresi dan sarana bernostalgia, sehingga banyak karyanya bernuansa masa lalu, kerinduan, dan kehangatan. Bertekad menjadi penulis, ia memandang masa SMA sebagai langkah awal meraih mimpinya, dengan keyakinan bahwa kegagalan bukanlah halangan selama terus berusaha. Beberapa karyanya telah terbit di Scientia Indonesia, menjadi bukti awal perjalanannya sebagai penulis muda.



 *) Meja Makan Bundo adalah puisi pemenang harapan 2 Lomba Menulis Puisi Berbasis Konten Lokal yang diselenggarakan oleh Pustaka Dua-2 dalam kegiatan Gebyar Sastra Pustaka Dua-2 Tahun 2025


Komentar