Di
antara gadang dan gedung
di
bawah bayang gonjong yang tak lagi tegak menjulang
kulihat
sang ibu menenun kisah di layar ponsel
sambil
sesekali menyisip kopi kawa
di
warung kopi yang kini bernama warkop digital
lalu
lintas semakin padat
tapi
bunyi talempong masih berayun di telinga
menjadi
nada latar bagi remaja berselendang batik
menari
pasambahan dengan sepatu trendi
anak
rantau pulang dengan koper dan buah tangan
mereka
tak lagi bicara tentang malin kundang
mereka
bicara tentang modal dan dividen
tapi
mereka masih mencium tangan niniak mamak
dan
bertanya kapan balimau di batang arau
rumah
gadang berdiri megah tapi sunyi
para
penghuninya telah pergi
pergi
dari canda tawa itu
meninggalkan
ukiran kayu di dinding
dan
debu di lantai rumah
minangkabau
yang dulu telah senyap
menyisakan
kisah sejarah yang sudah bosan didengar
kini
anak muda tak lagi sadar
bahwa adat dan budaya mereka sedang terancam
*) Zikra Nusantara, akrab disapa Zikra. Lahir pada 15 Juni 2010 di kota Pekanbaru, Riau. Kini ia menduduki jenjang SMA kelas 10 di SMA IT Insan Cendekia Payakumbuh dan ia menulis puisi untuk mengungkapkan hal-hal yang tak bisa diungkapkan dengan cara lain. Sejak muda, ia selalu merasa bahwa kata-kata adalah alat paling ampuh untuk menjelajahi dan mengekspresikan perasaan. Dalam setiap baris puisi yang ia tulis, dirinya berusaha menangkap fragmen-fragmen kehidupan yang kadang tersembunyi di balik hiruk-pikuk dunia. Dirinya percaya bahwa puisi adalah ruang bagi perasaan untuk bebas berbicara.
**) Hilang adalah Puisi Pemenang Harapan 1 pada Lomba Menulis Cerpen Berbasis Konten Lokal yang diselenggarakan oleh Pustaka Dua-2 dalam Kegiatan Gebyar Sastra Pustaka Dua-2 Tahun 2025

Komentar
Posting Komentar