Di cakrawala Bukittinggi, senja menetes perlahan,
melukis langit dengan tinta keemasan yang hampir
pudar.
Jam Gadang berdiri, menara ingatan,
menjaga detik yang lahir dari ratusan kisah.
Dentangnya; ah, dentang itu—
merambat seperti doa yang menyentuh atap rumah gadang
dan menenangkan jantung kota.
Setiap pukul bagai alunan dendang randai,
menyisir lorong pasar yang mulai memadamkan lampu.
Pedagang menutup pintu kayu dengan senyum yang basah
cahaya,
anak-anak mengikat tawa pada ekor angin terakhir.
Perantau berhenti di tepi jalan,
menyandarkan rindu pada nada jam yang tak mengenal
jarak.
Di kaki menara putih, sejarah berdesir bagai embun,
mengangkat aroma kopi talua, sate yang berpijar bara.
Kakek pernah menuturkan bahwa waktu di sini
pernah diukur penjajah, dicatat pejuang,
lalu dibiarkan berdenting bebas—
seperti hati orang Minang yang tak bisa dibelenggu.
Senja kian larut, warna jingga menyulam ungu,
burung-burung meniti udara dengan sayap doa.
Aku pun diam,
merasakan detak kota menyatu dengan nadiku:
pelan, dalam, dan setia.
Jam Gadang berkilau,
seperti puncak keyakinan yang menolak gelap.
Ketika malam menyalakan lentera di jalan-jalan sempit,
dendang jam berubah jadi nyanyian rahasia.
Setiap dentang mengajak pulang,
memanggil nama-nama yang terpisah lautan.
Dan aku tahu,
waktu yang berjalan di menara ini
selalu menyisakan ruang untuk rindu—
tak peduli seberapa jauh langkah mengembara.
*) Wafi Al Baihaqi, lahir di payakumbuh pada 28 oktober 2011, memiliki minat mendalam dalam bidang ilmu sosial, menyelami dunia kepenulisan setelah sekian lama tersesat di rumah sendirian, kini dengan jati diri baru, ia berkomitmen membaca buku 3 judul sehari, meski beberapa hanya dibaca di dalam mimpinya. Harapan ke depannya agar dapat mengekspresikan diri dengan lebih luas dengan buku. If you want to know more about me, check out my Instagram at @hvialll
**) Detik Terakhir Cahaya, Dentang Pertama Rindu adalah Puisi yang meraih Juara 3 dalam Lomba Menulis Puisi Berbasis Konten Lokal yang diselenggarakan oleh Pustaka Dua-2 dalam Kegiatan Gebyar Sastra Pustaka Dua-2 Tahun 2025.

Komentar
Posting Komentar