Puisi: SERIBU BERKAT RAMADAN, DAN PUISI-PUISI LAINNYA

 

Seribu Berkat Ramadan 

Seribu berkat mengalir, tak terhitung

Dalam hening malam, doa bertaburan

Langit membuka pintu-pintu rahmat

Sedikit gerakan, besar ganjarannya

Bulan ini, bukan sekadar waktu berlalu

Namun penghapus dosa, penyuci jiwa

Pintu kebajikan terbuka lebar

Setiap detik terasa penuh makna

Di setiap sujud, terbit cahaya

Membawa damai, menenangkan dunia

---------------------------

 

Aku Sahur Sendiri 

Cahaya bulan memancar redup di jendela

Denyut sunyi merayap, mengisi ruang hampa

Sahur pertama, nasi tawar tanpa centong kayu ibu

Rindu berkelip, menumbuhkan serpihan air mata

Masakan ibu terbayang dalam angan yang kering

Suara tawa saudara, hilang dalam dekapan malam

Jantung berdegup, menggigil dalam kesendirian

Setiap suapan menyakitkan, setiap gigitan adalah jarak

Seperti rembulan yang tak menyentuh bumi

Hati merindu sentuhan yang hilang dari waktu

Senyap membungkusnya, ruang ini terasa sempit

Di meja yang sepi, hampa menumbuhkan keperihan

Tapi harapan bersinar, meski lelah menumpuk

Di balik derita, tersimpan sebuah kebanggaan

Sabar yang tak tampak, sabar yang tumbuh berkecambah

Untuk pulang membawa cerita, membawa harga diri

Sahur ini bukan hanya kenangan

Ia adalah ujian, sebuah pengorbanan yang tersembunyi

Cahaya Ramadan, tak pernah redup, selalu menyinari

Sepiring harapan yang terus membara

 -------------------------

 

Aku Rindu Tidur Siang di Surau 

Dalam keheningan, jiwa terombang-ambing

Terperangkap di dunia yang gemuruh, tanpa arah

Suara-suara riuh menghimpit, merampas damai

Hati terkulai, hilang dalam kelam yang panjang

Tertatih-tatih, jauh dari nur yang dulu membimbing

Rindu menyelimuti tiap langkah yang hampa

Di bawah langit yang buram, akankah ditemukan kembali?

Kesederhanaan yang dulu hadir di surau sunyi

Tidur siang di pelukan ketenangan itu

Berselimutkan wangi daun yang terbasuh air wudu

Menunggu waktu yang tak terburu-buru

Setiap detik adalah sujud, setiap napas adalah doa

Kini yang tersisa hanya bayangan

Lepas dari ikatan, hancur dalam kerasnya dunia

Mata terpejam, tak ada mimpi yang datang

Hanya rindu yang tumbuh, menunggu kembali ketenangan

Tidur siang yang dulu penuh rahmat

Kini hilang, sepi, dibiarkan mengering

Surau yang dulu penuh hikmah

Sekarang hanya kenangan yang terabaikan

 --------------------------

 

Cinta Tuhan Tidak Habis 

Suara azan terdengar asing

Seperti angin yang tak lagi meresap

Perkataan baik pun terdiam

Di bibir yang kering oleh kebencian

Tangan yang dulu bersujud, kini diam

Tak lagi ada doa yang keluar dari dalam dada

Pandangan tajam, kosong, dan kehilangan arah

Di hati yang terbelah oleh kemarahan yang mengeras

Namun cinta Tuhan tiada habisnya

Bagaikan matahari yang tak pernah menolak untuk terbit

 

Meskipun jiwa terperosok dalam kehampaan

Berkat-Nya tetap turun tanpa meminta balasan

Cinta-Nya mengalir, lembut menyentuh

Seperti hujan yang membasahi tanah tandus

Tak peduli seberapa dalam luka itu

Tuhan tetap memberkati dengan rahmat yang tak terukur

Sesama ciptaan-Nya mungkin terlupakan

Namun Dia tak pernah berpaling

Menyayangi, menyembuhkan, tanpa pamrih

Karena cinta Tuhan tidak pernah habis

 ---------------------------


Puasa Empat Hari 

Empat hari berlalu dalam kelaparan

Daging menipis, tulang kian rentan

Tak ada sahur, tak ada berbuka

Pagi dan senja, sama hampa

 

Di jalan-jalan yang berdebu

Tak ada sepiring nasi yang tergolek

Langit tak memberi, bumi tak berbagi

Kakek tua heran, apa yang hilang?

 

Mungkinkah semua perut terisi?

Mengapa tak ada rempah di jalan

Mengapa tangan yang lapar tak disambut?

Bumi ini luas, cukupkah untuk semua?

 

Malam datang tanpa hiasan makanan

Tangan menggenggam udara kosong Setiap detik terasa berat

Seperti menunggu yang tak kunjung datang

 

Di luar sana gemerlap kehidupan

Namun kesunyian ini tetap mengisi ruang

Kakek tua terdiam, bertanya pada langit

Mengapa dunia tak memberi sedikit pun?

 

Empat hari puasa, tanpa makanan

Bukan karena ibadah

Tetapi karena kehampaan

Di dunia yang luas, tetap sunyi dan kosong

Komentar