Wasiat
Burung Kasim
Dari puncak sunyi suara berbisik
Di antara kerinduan dan debu yang membungkus Sang Burung Kasim terbang
merobek fajar Panjang usianya membawa rahasia
Di lengkung cakrawala, ia saksikan sejarah terurai Cahaya yang dulu menyinari bumi
Pudar, digantikan kabut kelam
Pohon-pohon yang tumbuh,
tumbang tak berakar Tanah yang subur, gersang
Di sela-sela batu, tak ada hara yang menyuburkan
Sekeping hati yang terbelah,
menghadap ke utara Bisikan angin membawa pesan-pesan muram Anak-anak tak
mengenal petuah
Pemimpin menggenggam kekuasaan, piring-pring pecah Apa yang harus dijaga, telah hilang dalam langkah Kasim
berkata: bangkitlah, sebelum semua
dilahap Bersihkan segala luka yang tak terjamah
Jangan biarkan kemunduran merayap masuk
Bangun, sebelum bumi menggema dengan tangis Bukan kemewahan yang diminta, hanya kesetiaan
Pada tanah yang pernah memberikan kehidupan Bukan pujian yang diharap, hanya kejujuran
Pada jiwa yang tak pernah
lelah berperang Sang Burung
Kasim terbang sekali lagi Namun kali ini tanpa jejak di langit
Malam, Hujan, dan Hikayat Katak
Malam turun membawa kabar dari langit
Hujan mengguyur tanah, namun tidak menyuburkan
Di bawah bayang, tubuh-tubuh letih mencari pelabuhan Aparat gadungan,
juru parkir, begal, pungli, kini merajai jalan Tentaranya telah melepas pedang dan
seragam
Menukar kehormatan dengan uang receh
Dengung deru motor menggantikan langkah
kaki
Di kedalaman jalan, tak ada
yang mendengar tangisnya Katak di rawa berbicara tentang
keberanian yang hilang Cahaya petir menerangi wajah kosong
Dalam riuh hujan,
pekikan harapan yang menguap
Negeri ini terbungkus kabut, tenggelam dalam riuh rendah Malam menutup rapat suara-suara
yang mati
Tanah
yang dulu berbisik
kini bisu di telapak kaki Hikayat katak terulang dalam tangis
Tak terdengar
Mereka yang pernah memimpin, Kini hanya membelai kekosongan
----------------
Garuda Perusak
Lautan mendidih, tercemar
oleh darah Langit menghitam,
menelan cahaya
Sang Garuda, dulu penjaga, kini pemangsa
Sayapnya merobek awan, mencabik tanah Tanah yang dulu subur, kini tak bersisa Orang-orang
menjelma bayang-bayang Mutasi tumbuh di sela-sela kehancuran
Di bawah cakar Garuda, pohon pun patah Teriakan hilang di angkasa
Hutan terbakar dalam diam
Garuda itu, yang dulu terbang
bebas, Kini menyapu segala yang ada
Tanda-tanda perusakan ditinggalkan di setiap jejak Pandangannya kosong, hatinya beku
Bumi bergetar, namun tak lagi ada yang berani
Anjing Bersabda, Raja Menyalak
Di bawah langit beku, guntur bersuara
Anjing menggonggong, mulutnya
terbuka lebar Sabda mengalir,
seperti darah yang tercecer
Di tengah jerit raja, suara itu terjaga Rantai
di leher, namun
tak ada yang terikat
Tenggorokan sang raja kering, hanya
salakan Bumi terhimpit, tertimpa
beban yang tak tampak
Hukum terpotong, hidup terjepit dalam diam Anjing bersabda, dan raja menyalak
Komentar
Posting Komentar