Puisi: WASIAT BURUNG KASIM

 

Wasiat Burung Kasim

Dari puncak sunyi suara berbisik

Di antara kerinduan dan debu yang membungkus Sang Burung Kasim terbang merobek fajar Panjang usianya membawa rahasia

Di lengkung cakrawala, ia saksikan sejarah terurai Cahaya yang dulu menyinari bumi

Pudar, digantikan kabut kelam

Pohon-pohon yang tumbuh, tumbang tak berakar Tanah yang subur, gersang

Di sela-sela batu, tak ada hara yang menyuburkan Sekeping hati yang terbelah, menghadap ke utara Bisikan angin membawa pesan-pesan muram Anak-anak tak mengenal petuah

Pemimpin menggenggam kekuasaan, piring-pring pecah Apa yang harus dijaga, telah hilang dalam langkah Kasim berkata: bangkitlah, sebelum semua dilahap Bersihkan segala luka yang tak terjamah

Jangan biarkan kemunduran merayap masuk Bangun, sebelum bumi menggema dengan tangis Bukan kemewahan yang diminta, hanya kesetiaan Pada tanah yang pernah memberikan kehidupan Bukan pujian yang diharap, hanya kejujuran

Pada jiwa yang tak pernah lelah berperang Sang Burung Kasim terbang sekali lagi Namun kali ini tanpa jejak di langit

 -----------------

 

Malam, Hujan, dan Hikayat Katak

Malam turun membawa kabar dari langit

Hujan mengguyur tanah, namun tidak menyuburkan

Di bawah bayang, tubuh-tubuh letih mencari pelabuhan Aparat gadungan, juru parkir, begal, pungli, kini merajai jalan Tentaranya telah melepas pedang dan seragam

Menukar kehormatan dengan uang receh Dengung deru motor menggantikan langkah kaki

Di kedalaman jalan, tak ada yang mendengar tangisnya Katak di rawa berbicara tentang keberanian yang hilang Cahaya petir menerangi wajah kosong

Dalam riuh hujan, pekikan harapan yang menguap

Negeri ini terbungkus kabut, tenggelam dalam riuh rendah Malam menutup rapat suara-suara yang mati

Tanah yang dulu berbisik kini bisu di telapak kaki Hikayat katak terulang dalam tangis

Tak terdengar

Mereka yang pernah memimpin, Kini hanya membelai kekosongan

----------------

 

Garuda Perusak

Lautan mendidih, tercemar oleh darah Langit menghitam, menelan cahaya

Sang Garuda, dulu penjaga, kini pemangsa Sayapnya merobek awan, mencabik tanah Tanah yang dulu subur, kini tak bersisa Orang-orang menjelma bayang-bayang Mutasi tumbuh di sela-sela kehancuran

Di bawah cakar Garuda, pohon pun patah Teriakan hilang di angkasa

Hutan terbakar dalam diam

Garuda itu, yang dulu terbang bebas, Kini menyapu segala yang ada

Tanda-tanda perusakan ditinggalkan di setiap jejak Pandangannya kosong, hatinya beku

Bumi bergetar, namun tak lagi ada yang berani

 ------------------

 

Anjing Bersabda, Raja Menyalak

Di bawah langit beku, guntur bersuara

Anjing menggonggong, mulutnya terbuka lebar Sabda mengalir, seperti darah yang tercecer

Di tengah jerit raja, suara itu terjaga Rantai di leher, namun tak ada yang terikat

Tenggorokan sang raja kering, hanya salakan Bumi terhimpit, tertimpa beban yang tak tampak Hukum terpotong, hidup terjepit dalam diam Anjing bersabda, dan raja menyalak

Komentar