Puisi: UNTUK TUBUH, UNTUK JIWA, KEPADAMU AKU PULANG IBU

 

Jiwa tumbuh di tengah kurun-kurun patah, latah dan membantah

Sebelum ransel-ransel itu berjauhan, jiwa batin Ibu terisak

Peraturan-peraturan itu, mengadakan Ibu enggan berandil

Tengadah demi tengadah, pandangan ke jendela luar

Genggaman yang terpencil, batin tubuhku ikut meratap

Ini… angan, bayang, harapan dan segala kehendakku…

Maafkan aku Ibu…

 

Tubuh dan jiwaku tengah jauh dari Ibu…

Lawakan sederhana, kesan-kesan isak Ibu, terus termuat

Tak terelakkan, keegoisan menghitam legam, tanpa salah

Alih-alih berlama-lama, terlihat perkara itu hanya sepintas

Tubuh dan jiwaku, kembali pitam menyemakkan

Merenungi segenap kepala di seputarku telah berbuat lengah

Padahal… pandangan Ibu tak terlelap, Nak…

 

Bertahun-tahun Ibu…

Tubuh, jiwa dan relungku mencari akal penyetujuan

Mengingat-ingat, langkahku tak diduduki kemauanku

Titik demi titik putih hati itu telah menerkam

Gelombang yang berulang, keabu-abuan kian mengombak

Perempuan-perempuan itu tersenyum gemilang

Tubuh, jiwa dan relungku kembali mengelih, merutuk

Berandai-andai… bilamana aku serupa dengan mereka

 

Sepenuh tubuhku telah pecah, jiwa dan relungku meremuk

Angan, bayang, harapan, kehendak berantaiku terbunuh

Kurun, zaman dan tahun terlampaui…

Aku berupaya tak lagi keluhkan para penjagaku

Selepas aku menyuguhi titah mereka

Badan yang berjatuhan, kepingan tertinggal, perlahan tersadar

 

Penghormatan dan penghargaan sesal, setia dipelihara

Tubuh, jiwa dan relungku berdamai lalu pulih

Penjaga berhati emas itu berbangga

Lebihkan dan perpanjang lagi doanya Ibu

Aku pulang Ibu…

Komentar