Puisi: SEMEDI KAKEK TUA

 

Semedi Kakek Tua

 

Semedi kakek tua

Di bawah langit yang gemetar

Tanah bergetar

Seperti langkah yang tak terelakkan

Pulau menunggu tenggelam

Bencana mengintai

Dalam hening yang menyiksa

Ombak berbisik

Seperti suara yang hilang di udara

Dari batu yang retak

Kakek tua menggenggam tanah

Dengan jemari yang rapuh

Di mata yang tak lagi melihat

Hanya ada ruang kosong

Dan angin yang merobek

Semedi menyatu dengan waktu

Seperti laut menelan sunyi

Menanti saat yang terlewat

Pulau jatuh tanpa suara

 --------------------

 

Secangkir Bisa dan Penawarnya

 

Secangkir bisa terhidang

Di atas meja tua yang retak

Dalam diam yang pekat

Pahitnya menyusup ke tulang

Seperti janji yang pecah

Nepotisme merayap

Seperti racun yang tersembunyi

Dalam teh yang wangi

Tanpa rasa

Menyerbu, membunuh

Tak ada penawar yang datang

Bisa itu mengalir

Dari tangan yang sama

Mencuri udara

Menghapus jejak yang hilang

Penawar tak pernah terucap

Hanya harap yang terjepit

Dalam secangkir kosong

 ---------------------

 

Pita Hitam

 

Garuda jatuh

Terkena panah dengan pita hitam

Sayapnya terlipat

Di atas tanah yang terpecah

Darahnya merah

Terhenti dalam desiran angin

Pita hitam melilit

Di setiap ranting yang patah

Dalam hening yang merobek semua harap

Tertahan di langit yang terbalik

Kabar malapetaka menyebar

Seperti asap yang menelan pagi

Garuda terdiam

Dalam ruang yang kosong

Tak ada lagi suara yang meresap

Ke dalam bumi yang retak

 ---------------------

 

Gerha Api

 

Api merayap

Abu terbang seperti doa yang hilang

Terpacak dalam tanah yang retak

Suara perlawanan membakar

Di antara bara yang terbungkam

Tanah menangis dalam huru-hara

Di mana kedamaian menjadi mimpi

Gerha lumut menjelma api

Dalam penobatan

Sang Raja Palsu

 

Komentar