Semedi Kakek
Tua
Semedi kakek tua
Di bawah langit yang gemetar
Tanah
bergetar
Seperti langkah
yang tak terelakkan
Pulau
menunggu tenggelam
Bencana
mengintai
Dalam hening yang menyiksa
Ombak
berbisik
Seperti suara yang hilang di udara
Dari
batu yang retak
Kakek tua menggenggam tanah
Dengan
jemari yang rapuh
Di mata yang tak lagi melihat
Hanya
ada ruang kosong
Dan
angin yang merobek
Semedi menyatu
dengan waktu
Seperti
laut menelan sunyi
Menanti
saat yang terlewat
Pulau
jatuh tanpa suara
Secangkir Bisa dan Penawarnya
Secangkir
bisa terhidang
Di atas meja tua yang retak
Dalam
diam yang pekat
Pahitnya menyusup
ke tulang
Seperti
janji yang pecah
Nepotisme
merayap
Seperti racun yang tersembunyi
Dalam
teh yang wangi
Tanpa rasa
Menyerbu, membunuh
Tak ada penawar yang datang
Bisa
itu mengalir
Dari tangan
yang sama
Mencuri udara
Menghapus jejak yang hilang
Penawar
tak pernah terucap
Hanya
harap yang terjepit
Dalam
secangkir kosong
Pita Hitam
Garuda jatuh
Terkena panah
dengan pita hitam
Sayapnya
terlipat
Di atas tanah yang terpecah
Darahnya
merah
Terhenti dalam desiran angin
Pita
hitam melilit
Di setiap
ranting yang patah
Dalam hening
yang merobek semua harap
Tertahan
di langit yang terbalik
Kabar
malapetaka menyebar
Seperti asap yang menelan
pagi
Garuda terdiam
Dalam ruang yang kosong
Tak ada lagi suara
yang meresap
Ke
dalam bumi yang retak
Gerha Api
Api merayap
Abu terbang
seperti doa yang hilang
Terpacak
dalam tanah yang retak
Suara
perlawanan membakar
Di
antara bara yang terbungkam
Tanah
menangis dalam huru-hara
Di mana kedamaian menjadi
mimpi
Gerha
lumut menjelma api
Dalam penobatan
Sang Raja Palsu
Komentar
Posting Komentar