Sejauh Surau Berkumandang
Lantunan
tak lagi menyentuh telinga Hening menyelip, menyelinap ke celah hati Langit mematung, tak berani berkata
Denting surau terhenti, menguap bersama embun Di kejauhan, api menunggu, tak
terbakar Langkah berjalan, tak tahu arah
Setiap jejak menghilang, tercuri angin
Bukan doa yang terlupa,
hanya ruang yang menyempit
Gema itu semakin pudar, merayap menjauh
Bersujud Hingga Jidatku Menjelma Arang
Punggung melengkung, hitam tanah merayap Dari dalam perut, rasa
retak mencuat
Sujud adalah rintih
yang terkubur dalam hati
Jidat menempel, tercium bara
Dahi mencium bumi yang keras, terlupakan
Asap melingkari udara, mengepul naik Tangan menggenggam kesunyian
Air mata tak lagi menyatu
dengan pipi Raga terdiam,
namun jiwa terbakar
Mengelupas perlahan, membaur
dengan abu Sujud tak pernah
cukup
Tapi arang membuktikan lebur Dari sana, hanya kehampaan
Azan Jam Dua Malam
Angin malam berdesir
di celah sempit suara azan meresap Menembus kelam
Jauh, sangat jauh, menggema di lorong hati Tanah bergetar, merasakan getirnya
Keheningan pecah, seperti pecahan kaca Di
luar, bintang terjaga tanpa suara
Bayang-bayang menyembul dari pori tanah Jidat menempel, namun tak bisa
bersujud Lidah terbungkam, terpenjara
dalam angan
Ada yang hilang,
menyelinap dalam lantunan
itu Waktu terhenti, berputar tanpa tuju
Azan jam dua malam menggenggam relung Bukan sekadar panggilan, lebih
dari itu Gema yang meresap,
membawa segala beban
Dalam kebisuan, hanya ada keheningan yang bertahan
Doa Menolak Hujan
Tetesan pertama
jatuh, menyentuh tanah keras
Bumi menelan dengan lapang, menelan rasa Suara angin berbisik, menggulung kabut
Di sela dedaunan, hujan merintih Namun, langit tetap mengunci
warna
Doa terbenam, membasahi bibir yang kering Tiada kata mampu menahan air yang datang Dada tercekik, menampung gemuruh
Hujan
tak hanya basah, ia memanggil Namun, bumi meminta
tenang, menanti Jari-jemari
menumbuk tanah, berharap Kata-kata terbang, tanpa jejak
Serpihan harapan membakar
ruang sempit Hujan berdegup,
namun tak menembus Rindu tetap mengering, menunggu pagi
Komentar
Posting Komentar