Puisi: ANAK BULAN, ANAK MATAHARI, ANAK HUJAN

 

Anak Bulan

 

ia memperkenalkan dirinya sebagai anak bulan

yang tinggal bersama kucing

dan nenek-nenek

mereka yang terjebak ribuan tahun dan mungkin selamanya

 

“mereka sedang apa?”

 

berkemah

tapi tak mau pulang lagi

ke bumi

 

lalu memutuskan, jadi orang-orang pribulan.

 

 Tasikmalaya, 2025

 ---------------------------

 

Anak Matahari

 

senja yang merangkak di langit kota

udara apak yang kau hidu

lelah yang memagut segala resah

jiwamu terlalu lama terlempar jatuh, ke lubang sibuk

 

betapa kau rindu masa lampau

yang jauh tertinggal di belakang

 

menjadi anak-anak matahari 

yang bermain bola di halaman

bersama anak lelaki, dengan rambut sebahu yang terbakar

 

waktu berserakan

kau pungut satu demi satu

masa-masa yang kabur

yang mustahil kau kubur.

 

 Tasikmalaya, 2025

 ---------------------------

 

Anak Hujan

 

 ia mengemas tetes hujan ke dalam bekas plastik es

dingin, bening, dan kurang kerjaan

ia tertawa kala temannya jatuh di genangan 

diam-diam kau tersenyum di balik jendela

terpenjara satu kata: dewasa

 

pembicaraan penting menarikmu ke dalam

gelas-gelas berisi limun masih belum tersentuh

seorang rekan menjelaskan tentang angka-angka di depan layar

kau mengangguk patuh, dan merasa sedikit terbebani

 

besok mungkin masih hujan

kau harap demikian

semoga ia, anak-anak yang bermain di sana

kembali tertawa dan memberinya jeda untuk merasa sedikit lega

setidaknya sedikit saja.

 

 Tasikmalaya, 2025

 ---------------------------

 

 

Imas Hanifah N. Lahir dan tinggal di Tasikmalaya. Merupakan salah satu admin di lokerkata.com. Ia aktif menulis di beberapa platform kepenulisan, salah satunya Opinia. Sebagian karyanya sudah dimuat di media online maupun media cetak. Antologi terbarunya berjudul Jejak Mengabur terbit pada Juni 2023, berisi kumpulan cerpen bersama penulis lain di Amateur Writer Indonesia. Bisa dihubungi melalui Instagram: @hani_hanifahn atau Facebook: Imas Hanifah N.

 

Komentar