Puisi-Puisi AHCMAD RIDWAN PALILI

 

Menahan Lapar

Hampa di dalam, sepi menjalar

Tanah merontokkan harapan, hitam Terik membakar lidah, lidah yang kering Tidak ada yang datang, hanya suara jarak

Tangan menggenggam angin, tak ada yang menahan Rindu menetes, seperti embun

Pada batu yang sudah terlalu lama terkikis Nafas memagut, berdesir, terbawa

Mata tak lagi peduli, hanya mematung Menyimpan segala lapar, menjelma kelaparan Perut kosong, namun tidak ada keluhan Hanya desah yang tersembunyi dalam diam Lidah yang dulu merasakan manis, pahit

Kini menahan angin, meresap ke dalam

Seperti suara yang menghilang, tak sempat terdengar

 

Menahan Haus

Gemericik air jauh di balik bebatuan Sungai merangkak, menahan riuhnya Kerongkongan kosong, haus menyusup Hidung mencium aroma tanah basah Tetapi tiada yang mengalir, hanya debu Bibir terkatup rapat, mulut terkunci

Setiap hembusan seperti duri yang menusuk Mata menatap, langit kelabu

Akan tetapi tak ada tangan datang

Kehausan itu mengalir perlahan, tak bersuara

 

Menahan Lisan

Mulut terkatup rapat, bergetar Kata-kata ingin terlepas, meronta Namun, diam membungkam Seperti awan yang menahan hujan Di dalam dada, tersumbat gema

Kesabaran merambat hingga urat leher Pikiran terpecah, mengasah bisu

Lisan dipaku, menahan amarah Angin berhembus, tanpa suara Bertanya tanpa jawaban, terlupakan

Jarak mencipta celah antara kata dan tindakan Lidah tercekat, seperti batu karang Mendalam, terdiam dalam kerinduan

Di antara kata yang tak terucap Menahan lisan adalah medan perang

Komentar