Puisi: ES LILIN PERBURUAN

Pada awal tahun 2000,  segala yang berpusar dalam saripati

harmoni usia, mengalir sederhana dan menghibur masa kecilmu.

Ketika karung-karung padi, segala buah, serta segala rempah

dari tanah timbunan matahari, membuatmu mengerti tentang

arti hidup dengan kaki penuh lumpur dalam

cuaca tropis yang kodrati.

 

Ketika  anjing ladang dipelihara,  dan berlari kencang setelah

mendengar bahasa isyarat,  membuatmu mengerti tentang arti

kesetiaan seekor hewan peburu yang dipelihara tuannya.

 

Ketika seorang ibu mencatat tanggal hari perburuan yang dihelat

besar-besaran di almanak, membuatmu mengerti bahwa es lilin

rasa mocca, kacang hijau, kelapa, dan ketan hitam bisa dijajakan

di tengah pusaran suara perburuan yang menjelma bagai pesta

musim yang haus darah, dan tarian pagi yang mengeluarkan

sekawanan babi dari sarangnya. 

 

Setelah menjauhi tarian lebah di rimbun ladang, engkau  memasuki

hutan belantara bersama riuh suara perburuan. Engkau telah mahir

mengenal tapal batas,  dan arah angin yang menggetarkan

semak ilalang.

 

Engkau telah mahir membaca isyarat mata tombak yang lama berdiang

di tubuh yang robek, dengan aroma musim tropis dalam akar tradisi.

 

Di padang perburuan itu, bahwa aku melihat masa kecilmu melebihi

menggembalai tungkai-tungkai sapi. Termos es lilin dan harga dua

kali  lipat di atas lidah-lidah anjing yang menjulur.

 

Miang dan duri berulang kali menusuk kulit terbakar matahari.

Serta lesatan lari kencang babi, bagaikan maut yang menggantung,

dan bersiap lepas seperti lesatan anak panah menembus

               dada dan keriangan diri.

 

Katamu kala itu, biarlah aku mandiri menjajakan es lilin milik ibu

di sini. Di ladang telah ada yang berjaga. Mengawasi orang-orang

yang terkadang tersesat, dan terkesima melihat ranum buah

               yang memerah.

 

Memetik tampuknya,  memecah kulitnya, dan menyeruput manis

rasanya  sebelum sampai ke timbangan komoditi pasar

               pelerai dahaga

 

2024

 

*) Budi Saputra. Lahir pada 20 April 1990. Sejak tahun 2008 ia menulis di berbagai media massa seperti Padang Ekspres, Lampung Post, Suara Merdeka, Batam Pos, Lombok Post, Rakyat Sultra, Kompas, Koran Tempo. Ia merupakan Penulis Emerging UWRF 2012, serta Penulis Kurasi Sibi Kemdikbud 2024 dengan judul buku “Jalan Tropis Puisi”.

Komentar