Cernak: POPO & BURUNG BUBUT

 

Di sebuah hutan, berjalanlah seekor kerbau jantan bernama Popo. Popo terlihat sangat kehausan. Popo ingin mencari air untuk hilangkan rasa hausnya. Tapi di manakah Popo bisa menemukan air? Popo sadar, ketika itu sedang musim kemarau. Hujan jarang sekali turun dari langit. Akibatnya banyak sungai yang mengering. Semua hewan kini susah mendapatkan air.

Popo terus berjalan. Ia ingat sebuah sumur yang ada di sebuah sawah. Sawah itu tidaklah jauh. Sebentar lagi Popo akan sampai di sawah tersebut. Popo berharap bisa menemukan air. Popo tentu saja ingin minum sepuasnya.

Namun saat asyik berjalan, Popo dikagetkan oleh suara minta tolong. “Tolong, tolong. Aku terhimpit pohon.”

Popo pun segera menoleh ke kanan. Ternyata suara itu adalah suara Burung Bubut. Burung Bubut sangat butuh pertolongan. Sebelah sayapnya dihimpit pohon yang tumbang ke tanah. Tentu saja Burung Bubut tak bisa terbang bebas di udara.

Popo dengan cepat menolong Burung Bubut tersebut. Tangannya yang kuat dengan mudah mengangkat pohon yang tumbang. “Sekarang engkau telah bebas, Burung Bubut. Lain kali hati-hati ya,” ujar Popo dengan suara lemah lembut.

Burung Bubut mengucapkan terima kasih pada Popo. Setelah berkenalan, Burung Bubut mengadukan nasibnya. “Aku haus, Popo. Tiga anakku di sarang juga kehausan.  Aku lelah mencari air. Bahkan saat mencari air ada ada burung elang jahat mengerjarku.

“Oh, mengapa burung elang mengejarmu?” Tanya Popo penasaran.

“Ia ingin menguasai sebuah sumur, Popo. Di sumur itu masih ada air walau jumlahnya sedikit. Ketika aku mendekati sumur itu, ia pun marah.  Ia mengejarku bersama temannya yang lain.”

Mendengar pengaduan Burung Bubut, membuat Popo merasa memiliki nasib yang sama. Popo juga belum mendapat air untuk hilangkan rasa haus. Bahkan dirinya diusir harimau saat mendekati sebuah sumur. Popo hanya bisa mengalah. Tapi Popo tak akan berputus asa. Popo yakin akan segera mendapatkan air.

Popo tiba-tiba menemukan ide yang cerdas. Popo ingin Burung Bubut segera terbang ke arah sawah. “Ayo, segeralah kau terbang ke sana. Aku yakin sumur di sana masih ada airnya”. Ujar Popo kepada Burung Bubut yang kurus itu.    

       Tak lama kemudian, Burung Bubut berhasil menemukan sumur itu. Tapi sayang, airnya sangat sedikit. Hanya cukup untuk dirinya dan tiga ekor anaknya di sarang. Sementara Popo tak mendapat bagian.

“Biarlah untuk kau saja, Burung Bubut. Segeralah ke sarang dan berikan pada tiga anakmu.” Begitulah Popo yang harus mengalah ketika itu. Popo rela menahan haus asalkan bisa menolong hewan yang lain.

Burung Bubut kembali mengucapkan terima kasih. Namun sebelum berpisah, Popo pun bertanya tentang sesuatu. “Apakah kau tahu tentang kebun rambutan kakekku?  Di kebun itu ada sebuah pondok yang terbuat dari bambu. Aku telah lama tak ke sana.”  Ujar Popo yang tampak sangat lelah.

“Aku tak tahu kebun kakekmu, Popo. Tapi di dekat sarangku ada kebun rambutan dan pondok bambu.”

“Wah, mungkin itulah kebun kakekku. Bisakah kau tunjukkan letak kebun itu?”

“Ya, tentu saja Popo.  Mari ikut aku sekarang,” ujar Burung Bubut yang kini tampak gelisah. Burung Bubut ingat tiga anaknya di sarang. Apakah tiga anaknya itu baik-baik saja?

Singkat cerita maka tibalah Popo dan Burung Bubut di sebuah kebun. Popo memilih istirahat sebentar. Sementara Burung Bubut langsung memberikan air kepada tiga anaknya. 

Mata Popo kini melihat sekeliling. Ia yakin, inilah kebun milik kakeknya. Popo melihat kebun itu tak diurus. Rumput hijau tumbuh dengan lebat.

Popo berjalan pelan menuju pondok bambu. Saat melewati rumput hijau, Popo pun dikagetkan oleh sesuatu. Seekor kodok melompat dari sebuah sumur yang airnya jernih. Ya, ternyata di kebun itu ada sebuah sumur tersembunyi. Sumur itu ditutupi rumput hijau yang tinggi.

Popo dan Burung Bubut sangat terkejut oleh penemuan itu. Mulai saat itu Popo dan Burung Bubut tak lagi kehausan. Mereka bisa minum sepuasnya. Bahkan banyak hewan lain yang datang minta air. (*)

 

 

*) Budi Saputra. Lahir di Padang, 20 April 1990. Ia menulis di berbagai media massa seperti Haluan, Singgalang, Padang Ekspres, Haluan Riau, Majalah Sabili, Jurnal Bogor, Lampung Post, Suara Pembaruan, Tabloid Kampus Medika, Suara Merdeka, Radar Surabaya, Jurnal Nasional, Indo Pos, Batam Pos, Lombok Post, Tanjung Pinang Pos, Riausastra.com, Magrib.id, Marewai.com, Rakyat Sultra, Rakyat Sumbar.id Katasumbar.com, Klikpositif.com, Kompas, Kompas.id (digital), Koran Tempo. Ia merupakan Penulis Emerging UWRF 2012 serta Penulis terpilih Kurasi Sibi Kemdikbud 2024 dengan judul buku “Jalan Tropis Puisi”.

 

 

Komentar