Cerpen: KOLAK LABU SUPER PEDAS

 
Oleh Dilla, S.Pd.

 Di kampung Koto Panjang, setiap bulan ramadan selalu disambut dengan meriah. Awal ramadan sudah terasa euforia warga kampung untuk mengisi bulan yang penuh berkah. Suara salawat sahut-sahutan di masjid dan musala kecil di kampung itu, menambah semarak dan meriahnya bulan ramadan.

Salah satu tradisi yang paling ditunggu-tunggu di kampung itu adalah lomba takjil antar warga. Tahun ini, Uda Bujang, pemuda kocak yang selalu punya ide nyeleneh, bertekad untuk memenangkan lomba tersebut.

"Tahun nan ko, ambo harus manang lomba takjil!" seru Uda Bujang dengan semangat menggebu-gebu. "Ambo punyo ide brilian! Ambo akan mambuek kolak labu super pedas!"

Uni Gadih, gadis Minang yang cerewet tapi baik hati, sekaligus pemilik warung takjil langganan Uda Bujang, hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ide Uda Bujang.

"Alah Uda Bujang ko, apolah ide uda tu. Kolak labu kok dibuek padeh? Beko malah sakik paruik orang mamakannyo," protes Uni Gadih.

"Alah Uni Gadih ko, caliak sajolah bisuak dan picayolah samo ambo. Kolak labu super pedas ambo pasti akan jadi juara," jawab Uda Bujang dengan penuh percaya diri.

Uda Bujang pun mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat kolak labu super pedasnya. Ia menambahkan banyak sekali cabai rawit ke dalam kolaknya, hingga warnanya menjadi merah menyala.

"Wah, pasti mantap nih!" gumam Uda Bujang sambil mencicipi kolaknya. "Pedasnya nendang!"

Saat lomba takjil tiba, Uda Bujang dengan bangga menyajikan kolak labu super pedasnya. Para juri dan warga pun penasaran dengan rasa kolak tersebut.

"Hmm, kolak labunya harum sekali," puji salah satu juri.

Namun, saat mereka mencicipi kolak tersebut, ekspresi mereka langsung berubah.

"Aduh! Pedasnya luar biasa!" teriak salah satu juri sambil terbatuk-batuk.

"Ambo ndak tahan!" seru juri yang lain sambil mengipasi mulutnya.

Warga yang ikut mencicipi kolak labu super pedas Uda Bujang pun merasakan hal yang sama. Mereka semua kepedasan dan berlarian mencari air minum.

Melihat reaksi para juri dan warga, Uda Bujang hanya bisa tercengang. Ia tidak menyangka kolak labu super pedasnya akan sepedas itu.

"Aduh, maafkan ambo. Ambo ndak bermaksud bikin kalian kepedasan," sesal Uda Bujang.

Buya Sutan, tetua kampung yang bijak, mendekati Uda Bujang dan berkata, "Uda Bujang, niat uda memang baik, tapi lain kali jangan terlalu berlebihan. Kolak labu itu enak dinikmati dengan rasa manis dan gurih, bukan pedas."

Uda Bujang pun menyadari kesalahannya. Ia menerima kritik dari Buya Sutan dengan lapang dada. Meskipun gagal memenangkan lomba takjil, Uda Bujang tetap senang karena telah menghibur warga dengan kolak labu super pedasnya.

Dan begitulah, kisah kolak labu super pedas Uda Bujang menjadi cerita lucu yang dikenang warga kampung Koto Panjang di bulan Ramadan. (*)



*) Dilla, S.Pd. lahir di Bukittinggi. Saat ini mengajar di SMPN 2 Bukittinggi. Telah menerbitkan 7  buku tunggal dan puluhan buku antologi. bisa dihubungi melalui email,  dillaspd6@gmail.com, facebook: Espede Dilla, Instagram: @dilla.spd dan telegram: dilla S.Pd  blog: www.dillaspd.my.id

 



Komentar