Fiksi Mini: BERBAGI TAKJIL

 

BERBAGI TAKJIL


Tika turun dari mobil dengan bergegas. Sore hari sepulang kerja, ia berencana membagikan takjil di jalan raya depan kompleks perumahan. Dengan bantuan dari asisten rumah tangganya, Tika mengeluarkan beberapa kardus berisi bingkisan takjil dari mobil. Di setiap kantong plastik, terdapat air mineral dan roti.

          Lalu-lalang kendaraan sore itu cukup padat. Hanya dalam hitungan menit, takjil yang dibagikan oleh Tika dan asistennya segera habis. Para tetangga di perumahan juga turut keluar ke jalan raya karena mendengar pembagian takjil gratis.

          Di lingkungan perumahan itu, Tika dikenal sebagai orang dermawan. Banyak tetangga yang mengaguminya. Namun, ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang kurang senang dengan pembagian takjil itu.

          "Silakan takjilnya," ucap Tika menyodorkan kantong plastik kepada Rani.

          "Terima kasih." Rani tersenyum kecut. Ia tidak tahu harus senang atau sedih.

          Sore itu dan seperti hari biasanya, Rani berjualan takjil berupa aneka kue basah buatan sendiri di pinggir jalan raya. Sebenarnya, Rani bertetangga dengan Tika, tapi rumah mereka berbeda blok.

          "Eh, rumah sampean di blok C bukan? Saya di blok A. Kita bertetangga di perumahan." Tika baru sadar setelah memperhatikan wajah Rani.

          "Iya, betul."

          "Saya permisi pulang dulu, ya. Tadi dari kantor, belum sempat ke rumah. Persiapan berbuka." Tika berpamitan.

          Rani hanya mengangguk sopan.

          Setelah Tika pergi bersama para asisten rumah tangganya, Rani mengembuskan napas panjang. Ia menatap pilu kepada kue dagangannya yang masih tersisa banyak. Akibat pembagian takjil gratis di dekat lapaknya, kue Rani jadi kurang laku.

          Yesi, seorang tetangga Rani yang memperhatikan dari jauh segera menghampirinya.

          "Dagangan masih banyak ya, Bu? Saya mau beli, ya."

          "Iya, alhamdulillah. Silakan." Rani bersyukur Yesi mau membeli beberapa kuenya.

          Pada malam harinya, tanpa sepengetahuan Rani, Yesi mendatangi rumah Tika. Ia menjelaskan bahwa pembagian takjil gratis di dekat lapak Rani itu merugikan buat Rani.

          "Astagfirullah. Saya baru sadar dengan hal ini. Apa saya pindah Lokasi saja ya, Bu. " Tika meminta saran.

          "Sebaiknya begitu, Bu. Tapi saya punya usul yang lebih baik, ini jika Bu Tika berkenan. Takjil yang akan dibagikan, pesan saja sama Bu Rani. Kue buatan Bu Rani rasanya enak, lo."

          Tika langsung menyetujui saran Yesi. Keesokan paginya, Tika mendatangi rumah Rani untuk memesan kue. Ia bercerita mendapat rekomendasi dari Yesi. Dengan membeli kue Rani, niat baik Tika justru menjadi keuntungan, bukan kerugian bagi tetangganya itu.

          "Alhamdulillah wasyukurillah. Terima kasih, Bu Tika dan Bu Yesi." Rani tersenyum bahagia pada saat membantu pembagian takjil di jalan depan perumahan. (*)

 

*Riski Diannita, ibu rumah tangga pencinta literasi. Anggota FLP Mojokerto.

Komentar