Cernak: RAHASIA PUASA NAYYA

 

Sudah bulan Ramadan. Puasa lagi.

Nayya kurang suka berpuasa. Yang dia sukai saat bulan Ramadan adalah waktu berbuka.

Tapi menunggu waktu berbuka itu lama banget. Sekarang tengah hari. Nayya menghitung dengan jarinya, masih enam jam lagi menuju berbuka.

Rasa haus dan lapar Nayya sudah tak tertahankan. Tenggorokannya kering. Perutnya juga terasa lapar. Saat Nayya duduk di teras depan, ada Reva dan Aisyah lewat bersepeda.

“Reva, kalian mau ke mana?” tanya Nayya kepada Reva.

“Mau mutar-mutar aja,” jawab Reva yang dibenarkan oleh Aisyah.

“Aku ikut.” Nayya segera bergegas mengeluarkan sepeda mininya. Nayya berpikir, siapa tahu dengan bersepeda, rasa haus dan lapar ini bisa terabaikan.

Matahari bersinar terang. Keringat menetes di pelipis ketiga naka-anak ini.

“Ais, Rev, aku capek. Kita istirahat yuk.” Ajak Nayya. “Di depan ada rumah nenekku.”

Memang jarak rumah Nayya dengan Neneknya tidak begitu jauh.

Setiba di rumah Nenek Nayya, ketiganya memarkirkan sepeda di bawah pohon jambu jamaika yang sedang berbunga. Warnanya merah keunguan. Cantik sekali. Nayya sering mengumpulkan bunga yang sudah gugur di tanah untuk dimainkan.

Di dalam rumah, rupanya nenek sedang mengaji. Nenek hanya tersenyum melihat kedatangan cucu dan dua temannya.

Nayya mengajak Reva dan Aisyah ke dapur.

“Aku haus,” bisik Nayya sambil memegang lehernya.

“Aku juga,” jawab keduanya serentak.

“Tapi…,” Aisyah berusaha mencegah saat Nayya membuka kulkas Nenek, di sana ada air mineral dingin dan beberapa potong semangka. Sangat menggugah selera.

Beberapa teguk air mengalir melalui mulut dan tenggorokan Nayya. Diikuti oleh Reva dan Aisyah. Selanjutnya buah semangka menjadi sasaran. Saat mereka mokel, Nenek hadir. Mereka kaget, membuat semangka di tangan Nayya terlepas.

“Kalian tidak puasa?” tanya Nenek.

Ketiganya terdiam.

Nenek maklum anak-anak seperti mereka harusnya masih latihan puasa, jangan dulu dipaksa.

“Nek, tolong jangan kasih tahu Ummi,” Nayya memohon kepada Nenek.

Nenek hanya diam.

Berikutnya mereka malah disuruh membuka tudung saji di atas meja. Gulai sahur Nenek, masih banyak di sana. Nayya dan kedua temannya benar-benar menuntaskan dahaga dan lapar mereka. Sepulang dari rumah Nenek. Mereka berjanji untuk tutup mulut.

 

***

           

Sore harinya Ummi mengajak Nayya memasak takjil. Ada es timun dicampur sirup dan kolang kaling. Kemudian juga memasak bola-bola ubi isi cokelat kesukaan Nayya.

Nayya senang sekali membantu Ummi.

“Terima kasih, Nay, sudah bantu ummi memasak. Pahala puasa Nayya jadi makin banyak,” doa Ummi tulus. Nayya tidak mampu berkata-kata membalas ucapan Ummi.

Ummi kemudian mengulurkan dua wadah kepada Nayya.

“Ayo, antar untuk temanmu Reva dan Aisyah.”

Nayya menggangguk dan bergegas ke luar rumah.

Saat beduk berbunyi, harusnya Nayya bahagia. Ini waktu yang paling ditunggu. Tapi kali ini ada rasa yang berbeda.

“Ayo, Nay. Makan yang lahap,” ucap Ummi setelah Abi membaca doa berbuka.

“Nayya, hari ini hebat lo, Bi. Dia tidak rewel seperti tahun lalu. Gak lagi nanya-nanya berapa jam lagi waktu berbuka. Ditambah hari ini Nayya sudah membantu Ummi Memasak,” Ummi memuji Nayya di depan Abi.

Nayya terdiam. Tapi hatinya terasa sesak. Dia gak rewel, karena siang hari tadi sudah makan dan minum di rumah Nenek.

“Hebat sekali anak Abi,” balas Abi sambil mengangkat jempolnya. “THR tahun ini bakalan Abi tambah.”

Deg. Harusnya Nayya senang dengan janji Abi. Tapi rasa bersalah di hati Nayya semakin dalam.

***

Siangnya puasa hari kedua. Nayya tidak mau lagi bersepeda tengah hari. Takut tubuhnya makin capek.

Nayya melihat Ummi sedang membaca di ruang tengah. Dia ingin menghampiri, namun terlihat ragu.

“Ummi, maafin Nayya, ya.” Tiba-tiba Nayya memeluk Ummi.

“Kenapa, Nay?” Tanya Ummi.

“Sebenarnya, kemarin puasaku tidak penuh,” Nayya menjelaskan pelan. “Saat di rumah Nenek kemarin, puasa Nayya batal. Kami makan dan minum di rumah Nenek.”

“Ummi kecewa sama Nayya.”

Nayya berusaha menatap Ummi. Dia takut sekali kalau Ummi marah.

“Tadi Ibunya Reva sudah cerita, tapi Ummi menunggu anak Ummi langsung yang bicara.”

Nayya kaget. Berarti ibunya Reva dan Aisyah juga sudah tahu.

“Nayya janji tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Nayya.

Ummi memeluk putri kesayangannya itu.

Dia tahu ini adalah pembelajaran puasa bagi Nayya.  

 

                                                                                 Bengkulu Selatan, 2 Maret 2025

 

 

Neto Kosboyo adalah guru di SMA Negeri 6 Bengkulu Selatan. Memiliki hobi membaca dan bercita-cita ingin jadi penulis. Saat ini sudah menulis 1 buah novel, 2 buku cerita anak, dan beberapa buku antologi cerpen. Bersama keluarga kecilnya beliau tinggal di Manna Bengkulu Selatan. Untuk berkenalan lebih lanjut bisa dihubungi melalui email netokosboyo@gmail.com atau facebook Neto Kosboyo. No WA: 085267263600.

Komentar

  1. Bagus sekali ceritanya, sangat cocok dijadikan bahan bacaan anak-anak.

    BalasHapus
  2. Masya Allah bagus ceritanya🥰🥰

    BalasHapus
  3. Bacaan yang ringan untuk anak-anak dengan pesan positif yang tersirat. Anak-anak pasti suka bacanya.. ☺

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah cerita ini akan menjadi sebuah pelajaran untuk anak2. Keren

    BalasHapus

Posting Komentar