Mayoritas masyarakat
Islam modern saat ini memiliki gaya hidup yang terpengaruh oleh globalisasi dan
westernisasi. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, terutama media
sosial, memberikan dampak signifikan terhadap gaya hidup. Kesederhanaan yang
dianut oleh generasi terdahulu, kini makin memudar dan berganti dengan
kehidupan penuh kompleksitas.
Kemudahan akses informasi
via internet turut membuat umat muslim melenceng dari nilai-nilai keislaman.
Ada beberapa gaya hidup paling menonjol yang menghiasi keseharian pengguna
media sosial.
Pertama, materialisme.
Pandangan hidup ini menekankan pada pentingnya memiliki benda-benda atau
kekayaan materi sebagai sumber kebahagiaan atau kesuksesan. Sikap yang
mencerminkan materialisme, seperti: menilai orang berdasarkan harta, terobsesi
dengan barang bermerek, serta memprioritaskan karier dan uang di atas keluarga.
Cara pandang materialisme
menjadikan harta benda atau kekayaan sebagai ukuran utama kebahagiaan atau
kesuksesan, sehingga mengesampingkan nilai-nilai kejujuran, kebersamaan, dan
rasa syukur.
Kedua, konsumerisme.
Konsep ini menonjolkan pembelian produk tanpa terkendali yang didorong oleh
keinginan pribadi. Konsumerisme adalah hasrat mengonsumsi sesuatu secara
berlebihan yang menjadi akar pemborosan. Penyebabnya tuntutan dari lingkungan
sosial, bisa diri sendiri atau pengaruh orang lain.
Ciri-ciri konsumerisme,
antara lain: FOMO atau Fear of Missing Out (ingin memiliki
sesuatu karena ikut-ikutan tren), ingin menjadi pusat perhatian, dan bangga
atas kepemilikan barang.
Dampak negatif
konsumerisme biasanya memunculkan perilaku boros, meningkatkan kesenjangan
sosial, dan menghambat proses menabung.
Ketiga, hedonisme.
Pandangan ini meyakini bahwa kesenangan dan kepuasan materi merupakan hal
terpenting dalam hidup. Paham hedonisme cenderung fokus pada kesenangan sesaat.
Ciri-ciri hedonisme,
yaitu: konsumtif tanpa memperhitungkan kebutuhannya, tidak pernah puas atau
selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki, mudah dipengaruhi, cenderung
ikut-ikutan, dan egois.
Beberapa faktor penyebab
gaya hidup hedonisme, antara lain: pengaruh keluarga, lingkungan, dan media
massa. Dampak negatif hedonisme dapat membuat individu menjadi tamak atau
serakah.
Ada pula prinsip yang
bertolak belakang dengan pembahasan di atas, yaitu gaya hidup minimalis. Inilah
yang perlu diperhatikan oleh generasi masa kini agar tidak terjebak gaya hidup
yang merugikan.
Gaya hidup minimalis
sudah lama dikenal oleh masyarakat Barat. Menurut Joshua Becker, penulis Becoming Minimalist, gaya hidup
minimalis adalah upaya untuk mendapatkan kebahagiaan dengan memprioritaskan hal
yang penting dan menghilangkan hal yang tidak perlu.
Gaya hidup ini mengusung
konsep kehidupan yang sederhana, yaitu seseorang hidup dalam kualitas dan
menyadari bahwa kebutuhan mereka sebenarnya tidak banyak.
Beberapa manfaat gaya
hidup minimalis adalah sehat secara finansial, mengurangi stres, dan membuka
kesempatan berbagi dengan orang lain.
Selain di Barat, gaya
hidup minimalis juga diterapkan oleh masyarakat Jepang. Buku Goodbye, Things karya Fumio Sasaki
menjelaskan gaya hidup minimalis di Jepang.
Contoh perilaku sederhana
ala Jepang, misalnya: tidak perlu banyak alat makan, pakaian secukupnya, dan
sedikit perabotan rumah.
Namun, terlepas dari
masyarakat Barat dan Jepang, sejatinya gaya hidup minimalis pun sudah menjadi
ajaran di dalam agama Islam.
Hidup minimalis dalam
Islam, berdasarkan nilai kesederhanaan, tidak boros, tidak berlebihan, dan
bersahaja. Kesederhanaan juga berarti kesesuaian antara kemampuan dan
kebutuhan. Seseorang yang sederhana artinya mengetahui kemampuan dan kebutuhan
dirinya (proporsional).
Dengan hidup minimalis,
seseorang tentu saja terhindar dari materialisme, konsumerisme, dan hedonisme
seperti tersebut di pembahasan sebelumnya. Orang dengan gaya hidup minimalis
akan jauh dari sikap boros dan berlebih-lebihan. Hal ini sesuai firman Allah
Swt.
"Sesungguhnya
orang-orang yang boros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar
kepada Tuhannya." (Al-Isra': 27)
"Dan makan minumlah
jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Rasulullah Muhammad saw.
telah menjadi uswatun-hasanah atau
suri teladan yang terbaik untuk penerapan gaya hidup minimalis. Beliau adalah
sosok yang sangat sederhana dalam hidupnya, baik sandang, pangan, maupun papan.
Contoh kesederhanaan
hidup Rasulullah adalah berhenti makan saat merasa kenyang, tidur beralaskan
tikar, rumahnya hanya mempunyai satu ruang untuk kegiatan utama dan kamar
tidur, perabotan juga sangat sederhana. Selain itu, beliau mengerjakan sendiri
pekerjaan rumah, menggunakan air secukupnya, dan pernah memakai sandal yang
berlubang (bertambal).
Demikian tentang gaya hidup minimalis yang dicontohkan Rasulullah bagi umat muslim. Semoga kita mampu meniru perilaku terpuji beliau.
*) Riski Diannita, merupakan seorang ibu rumah tangga, pengajar les, penulis, dan editor lepas. Ia memperoleh amanah sebagai Koordinator Divisi Karya di FLP Cabang Mojokerto. Tulisannya telah dimuat di berbagai media, buku antologi, dan buku solo. Nita, panggilannya, dapat disapa melalui media sosial Instagram @riskidiannita dan Facebook: Diannita Riski.
Komentar
Posting Komentar