HUJAN, ELLIE TAK SUKA!

 

"Ibuu! Ayah! Hujan turun!" Ellie berteriak memasuki rumahnya. Ia sedang bersenang senang dengan dua kelinci peliharaannya sebelum tetesan dari awan itu turun menyentuh kulit tangannya. Ellie langsung saja berlari ke dalam rumah menghampiri ibu dan ayahnya yang tengah bersantai di ruang tamu. Ayah membawa Ellie ke pangkuannya saat gadis kecil berusia 6 tahun itu mendekat.

"Ellie, ayah sudah katakan hujan tak akan membahayakan Ellie," ucap Ayah mengusap rambut sebahu putri kecilnya.

"Ellie tau, Yah. Ayah sudah mengatakannya beberapa kali. Ellie merasa hujan itu menakutkan. Dingin. Air yang jatuh membuat tubuh Ellie sakit, rasanya seperti dipukul oleh ribuan kerikil kecil, Yah. Hujan juga berisik, ada petir juga yang bersuara keras, menakutkan, Ellie tak suka," jelas Ellie murung. Ia sungguh tak menyukai hujan, bahkan beribu kali dibujuk pun, Ellie tak pernah mau bermain dengan tetesan air dari langit itu.

"Ellie tau tidak?" Ibu yang duduk di hadapan Ayah dan Ellie berpindah ke samping mereka. Ibu mengukir senyum indahnya, berharap Ellie terhibur dengan senyumannya.

"Ada tetangga baru yang pindah di sebelah rumah kita," ucap Ibu menyisir anak rambut Ellie, merapikannya. Bukannya raut wajah bahagia, Ellie malah menunjukkan raut kebingungan di wajahnya, alisnya menukik, kerutan terbentuk di dahinya. Ia tak mengerti apa yang ibunya bicarakan.

"Tetangga?" tanya Ellie bingung. Tawa ayah terdengar membuat Ellie beralih menatap Ayahnya. Ibu juga menggelengkan kepalanya mengetahui putri kecilnya itu tak tahu apa yang dimaksud dengan tetangga.

"Ada keluarga kecil, yang baru pindah ke rumah sebelah, Ellie," jelas ayah. Kini wajah Ellie tampak paham dengan pembahasan orang tuanya.

"Ellie punya teman baru di sana," ujar ibu. Senyum sumringah Ellie terukir. Sejenak ia melupakan hujan menakutkan di luar sana, turun dari pangkuan ayahnya dan melompat-lompat girang dengan kabar dari ibu dan Ayahnya itu.

***

Tok! Tok! Tok!

Tangan kecil Ellie memberanikan diri mengetuk pintu di depannya. Di sebelah Ellie, ibu senantiasa menemani. Ellie bilang ia tidak sabar bertemu teman barunya, dan setelah ayah pergi bekerja, ibu mengajak Ellie kemari. Ke rumah tetangga barunya itu.

Pintu terbuka. Seorang anak kecil seusia Ellie tampak membukakan pintu. Menatap ibu dan Ellie bergantian, bingung siapa kedua orang di depannya.

"Mami!" anak kecil itu berteriak, berlari menjauh dari pintu masuk. Tampaknya mencari keberadaan ibunya, memberitahu bahwa ada tamu yang datang. Ibu tersenyum ramah melihat anak laki laki tadi kembali dengan ibunya yang balas tersenyum menatap ibu.

"Saya Rena, Bu. Tetangga sebelah," Ibu mengulurkan tangan. Tanpa ragu ragu wanita di depannya membalas jabat tangan itu.

"Lea, salam kenal. Saya gak nyangka ibu akan berkunjung ke rumah kami," ucap wanita itu tampak senang menyambut tamu pertamanya. Jabat tangan itu terlepas.

"Ellie, sapa aunty Lea." ucap ibu mengusap rambutku.

"Pagi aunty, Ellie bawa kue cokelat, ibu dan Ellie yang buat," jelas Ellie menyodorkan sebuah paper bag berisi beberapa potong brownies buatannya dan ibu.

"Hai, Ellie. Ini Zeo. Semoga bisa berteman baik." ucap Lea ramah.

Ellie mengangguk, ia raih tangan anak kecil bernama Zeo itu dan meletakkan paper bag yang dibawanya ke tangan pria kecil itu.

"Masuk aja Ren, saya urus dapur dulu, duduk aja di ruang tamu, semoga nyaman," ucap Lea mempersilahkan Ellie dan ibu masuk.

"Tidak usah buru-buru, Bu. Ellie ke sini juga mau bermain dengan Zeo," ucap Ibu. Ibu menggenggam tangan Ellie berjalan masuk ke rumah dengan ukuran yang tak jauh beda dari ukuran rumah keluarganya.

"Saya ke dapur dulu ya, Bu," ucap Lea pamit. Ibu mengangguk. Menoleh saat tiba-tiba Ellie melepaskan genggaman tangannya. Terkejut melihat Zeo yang tiba tiba menarik tangan Ellie ke ruang tamu. Duduk di atas karpet berbulu dengan beberapa mainan mobil-mobilan miliknya. Paper bag yang diberikan Ellie diletakkan di sebelah tubuh Zeo. Ibu ikut duduk di sebelah Ellie.

"Ini mainan Zeo. Ellie boleh pinjam." ucap Zeo meletakkan sebuah mobil di tangan Ellie. Ibu tersenyum melihat interaksi mereka. Senang Ellie mempunyai teman seusianya di sini. Rata rata yang tinggal di sini anak anaknya memang sudah masuk ke jenjang sekolah menengah. Bukan teman bermain yang cocok untuk Ellie. Dan hari ini Ellie mulai bermain dengan teman barunya itu.

"Ellie mau yang warna putih." ucap Ellie meraih mobil bewarna putih di tangan Zeo.

"Zeo punya dua, Ellie mau yang itu?" tanya Zeo tak keberatan Ellie meminjam mobil-mobilannya. Ellie mengangguk. Ibu tak melarang putrinya bermain mobil-mobilan seperti itu. Yang penting Ellie menyukainya. Zeo tampak berdiri, berjalan mendekati sebuah kotak besar dengan ukuran setengah tubuhnya. Sebuah puzzle ia ambil, lalu membawanya ke dekat Ellie, meletakkan puzzle itu di depan Ellie.

"Masih ada mainan?" tanya Ellie antusias. Zeo tak kalah antusias, ia mengangguk bersemangat.

"Ellie bisa ambil mainan Zeo di sana," Zeo menunjuk kotak yang dihampirinya tadi. Dan Ellie tidak menolak, ia berjalan mendekati kotak itu, mencari mainan yang tampak menarik di matanya.

***

"Mami, Zeo boleh mandi hujan? Zeo mau ajak Ellie juga," Zeo tiba tiba berjalan mendekati Lea dan Ibu yang asyik mengobrol.

"Maaf Zeo, tapi Ellie tak suka hujan," ucap Ibu mengingatkan. Zeo bingung. Siapa yang tak menyukai hujan di dunia ini? Hujan itu menyenangkan! Tanpa mengatakan apa apa, Zeo kembali mendekati Ellie yang masih sibuk bermain, Ibu dan Lea kembali mengobrol. Pagi itu hujan datang, dan sebelumnya langit memang sudah mendung. Zeo menarik tangan Ellie untuk berdiri.

"Ke mana?" tanya Ellie bingung.

"Main keluar," jawab Zeo bersemangat. Ellie tak menolak, ia mengikuti ke mana Zeo menarik tangannya itu. Tapi langkahnya semakin berat saat Zeo menarik tangannya keluar rumah, menyadari bahwa Zeo mengajaknya menuju hujan-hujan yang menakutkan kan itu. Ellie melepaskan tangannya yang dipegang Zeo.

"Ellie gak suka hujan," ucapnya. Zeo kembali meraih tangan Ellie.

"Ayo mandi hujan. Main air!" ucap Zeo antusias menarik tubuh Ellie mendekat dengan hujan. Ellie menggeleng, lagi-lagi ia melepaskan tangannya dari genggaman Zeo. Kaki kecil Ellie berlari masuk ke dalam rumah Zeo, berlari mendekati ibunya dan memeluk ibu erat. Obrolan Ibu dan Lea terhenti, menatap Ellie dan Zeo yang berjalan mendekati Ellie.

"Ellie?" panggil Zeo. Ellie tak menjawab, isak tangisnya terdengar. Ibu membawa Ellie ke pangkuannya, memeluk putri kecilnya. Zeo yang melihat teman barunya itu menangis, menunduk. Merasa bersalah karena telah memaksa Ellie.

"Maaf Zeo. Ellie gak bisa temanin Zeo main diluar," ucap ibu. Zeo berjalan mendekati ibunya. Lea juga membawa Zeo ke pangkuannya, tahu putranya itu merasa bersalah, Lea mengusap punggung Zeo. Suasana itu hening, hanya terdengar suara Elie yang menangis, sampai Ellie dan Zeo tidur di pelukan Ibu masing-masing. Saat hujan terhenti, Ibu membawa Ellie pulang.

***

"Zeo!!" suara melengking dari gadis kecil itu terdengar. Derap langkah kaki terdengar dari dalam rumah di hadapannya. Ellie mendongak menatap ibunya yang tersenyum menyemangatinya. Zeo berdiri tak jauh dari Ellie.

"Ellie mau temanin Zeo main." Ucap Ellie, sebuah jas hujan sudah melekat pada tubuhnya, Ellie belum berani untuk membiarkan hujan mengenai tubuhnya secara langsung. Senyum sumringah Zeo terukir. 

"Zeo bilang ke mami dulu," ucap Zeo kembali masuk ke dalam rumahnya. Tak menunggu waktu lama, Lea keluar bersama Zao. Lea menyapa ibu dan Zeo menarik tangan Ellie ke halaman rumahnya, membawa Ellie ke ayunan yang ada di sudut halaman rumah Zeo. Tetesan hujan mulai turun, mengenai rambut Zeo dan juga jas hujan yang dipakai Ellie. Ellie memejamkan matanya, perasaan takut itu tentu saja masih ada, tetapi ia merasa bersalah karena menolak ajakan bermain Zeo. Ia juga sudah berbicara pada ibunya bahwa Ellie tak membenci Zeo. Ellie hanya belum siap. Selama ini Ellie tak suka dengan hujan. Dan Zeo sangat berbanding tebalik dengan Ellie.

Ellie membuka matanya saat mendengar tawa riang Zeo. Ellie menatap sekitar, hujan turun, membasahi dirinya, lebih tepatnya jas hujannya, juga Zeo yang menarik narik tangannya agar ikut melompat di genangan air. Ellie menoleh, ia menatap ibunya di atas teras rumah Zeo, tersenyum menyapa Ellie. Perlahan senyum Ellie ikut terukir, ini tak buruk. Ellie menyukainya. Lupakan air hujan yang dingin, Ellie merasa tubuhnya terasa segar karena dibasahi hujan. Lupakan tentang hujan yang terasa seperti lemparan kerikil kecil, sesungguhnya itu tak menyakitkan. Lupakan hujan yang berisik, tawa Ellie bisa lebih keras dari hujan-hujan itu. Kaki Ellie ikut melompat, mengikuti Zeo berlari ke sana ke mari, melompati genangan air. Membiarkan tubuhnya basah. Membiarkan tubuhnya menikmati hujan yang tak semenakutkan yang ada di pikirannya. Ellie suka ini. Seorang teman, dan juga hujan yang selama ini tak ia sukai ternyata tak menakutkan.

JDARR!!

"IBU!!"

"MAMI!!"

Zeo dan Ellie bersamaan berlari ke atas teras mendekati ibu dan Lea yang memperhatikan mereka di sana. Tak peduli tubuh ibu mereka yang basah, Ellie dan Zeo saling tatap. Lalu tak lama tertawa. Hujan memang tak menakutkan. Tapi Ellie tak akan menarik kata katanya tentang petir yang menakutkan itu. Ellie melepaskan pelukan ibunya lalu menarik tangan Zeo kembali berlarian di halaman rumah. Ini menyenangkan. Permainan hujan pertama Ellie, terasa seru baginya, dan akan menjadi momen terbaik untuknya. [*]

Komentar