Tebing Batang Agam ramai pada sore
itu.
Drum... bum...!
Terdengar suara jatuh dari sisi utara
tebing.
Plak,
disambut pula bunyi lain dari sisi bawah tempat bunyi pertama.
“Hahaha.... Lucu sekali bunyi jatuh
Ardi, ya!” teriak Angga sembari menyelesaikan akhir terjunnya dengan berenang.
“Pakai grogi dan demam tebing pula
Ardi,” ujar Zahid.
“Hahaha...” Venzo dan Haikal
mengiringi dengan tertawa.
“Ya, tertawakan terus sampai puas
kalian semua!” teriak Ardi.
“Ah, dikit-dikit ngambek,” ujar Angga
yang terjun pertama dengan menunjukan gaya berenang lurus ke Batang Agam.
“Ardi, jangan pernah menyerah, coba
ulang dan ulangi lagi,” Venzo memotivasi dan berupaya meredam panas hati Ardi
yang merasa kesal dengan komentar temannya ketika dia terjun bebas mengikuti
Angga.
“Kita kan tidak lagi loncat indah,
kawan. Seru-seruan aja sambil ngisi waktu sore, nah!” Haikal berupaya melunakkan
suasana.
“Hai kawan, liat. Ada ikan nila!” teriak
Zahid yang tiba-tiba muncul setelah menyelam.
“Ada tanda-tanda nih, Batang Agam
banyak ikan!” Angga berseru.
Sementara itu, Ardi masih belum tertarik
dengan keadaan teman-temannya yang sibuk menelusuri ikan yang dilihat.
“Ardi, ayo ikut! Jangan misah-misahlah.
Ayo kita lihat ikan nila itu, kita tangkap sama-sama,” ajak Venzo.
“Hmm, baiklah,” sahut Ardi.
“Eh, jangan berisik, kita ke tebing!”
usul Haikal.
“Jadi kita intai dari tebing nih,
ikannya?” Zahid bertanya.
“Ya!” Haikal dan Angga serentak
menjawab dengan penuh semangat.
Seketika Angga dan temannya sampai di
atas tebing.
“Waduh, bajuku mana?” lagi-lagi
nampaknya Ardi akan menjadi bahan tertawaan oleh temannya.
“Ya elah.... Ardi... Ardi.... lucu
kali nasibmu hari ini! Hahaha!” Angga tertawa melihat kondisi Ardi yang
kehilangan baju.
“Makanya, kalau mau main itu ijin
emak dulu,” ujar Zahid menyambung celotehan Angga.
“Sudah-sudah, jangan bikin Batang
Agam jadi banjir, kawan-kawan. Ups! Maksudnya, ayo kita bantu Ardi cari
bajunya!” canda Venzo.
Semua melayangkan pandangan ke setiap
sudut, menengok ke atas dan ke bawah tebing Batang Agam. Anak-anak bersahabat
itu menunjukan sikap peduli untuk meredam keadaan Ardi yang kesal dengan teman-temannya.
“Lihat itu!” seketika Venzo menunjuk
ke suatu arah.
Serentak semua melihat arah pandangan
Venzo.
“Itu bajuku!” teriak Ardi senang.
Kekesalannya pada Venzo mulai surut.
Angga langsung terjun lagi ke Batang
Agam, berenang untuk mengambil baju Ardi yang menyangkut di tebing-tebing
Batang Agam yang mulai ditumbuhi rumput-rumput ilalang.
“Sepertinya bajumu diterbangkan angin,”
Haikal berkata. Menoleh pada Ardi.
“Untung saja tidak dicuri,” Zahid
berkata.
“Terima kasih Angga, terima kasih
kawan-kawan, kalian semua memang baik. Aku saja yang mudah marah-marah kepada
kalian, maafkan ya, Kawan?” ungkap Ardi yang membuat suasana berubah menjadi
haru dan hening sejenak.
“Tenang Ardi, kami semua temanmu,”
Haikal memberikan semangat sambil mendekati Ardi dan menepuk-nepuk bahu Ardi.
“Ayo, misi kita jangan lupa, kita
cari ikan nila tadi,” Venzo mengingatkan.
Perjalanan mereka ke arah hulu Batang
Agam tiba-tiba terhenti. Sebuah papan bertuliskan ikan larangan
terpancang di depan mereka.
“Oalah, ikan larangan, artinya tidak
boleh ditangkap dan dipancing,” kata Angga.
“Ya sudahlah, yuk balik lagi ke pintu
air, mendingan kita lompat-lompatan lagi,” ajak Zahid. “Ayo lari!” ujarnya
mendahului berlari.
Semuanya berlari menyusul Zahid.
Setelah sampai di tempat pemandian tadi, mereka pun segera berhamburan dan
menceburkan diri dengan berbagai gaya lompatan dari atas tebing ke dalam air.
Terkecuali Ardi, tertegun karena ragu untuk melompat.
“Ayo Ardi, jangan ragu, kami tidak
akan menertawakanmu, ayo kita bersenang-senang!” teriak teman-teman Ardi
menyemangati.
Ardi pun terjun.
Bumm!
Mereka semua bertepuk tangan. Akhirnya
Ardi bisa memecahkan rekor. Lompatannya sempurna.
“Jurus air membasahi wajah teman....”
Haikal menyiramkan air ke wajah teman-temannya. Perang-perangan air tak dapat
dihindari. Semuanya saling hindar dan saling balas.
Mereka menikmati mandi sore dengan
gembira. Batang Agam menjadi tempat yang bermakna bagi mereka. Disaat anak-anak
lain sibuk dengan ponselnya, mereka malah sibuk berenang di Batang Agam.[*]
*) Penulis adalah Guru SD Negeri 21 Payakumbuh
Terima dan Barakallah
BalasHapusCerita yang Mengunggah masa masa kecil yang penuh makna dengan Alam dan Teman2, dibandingkan sekarang dengan maraknya Digitalisasi yang membuat Keterasingan
HapusCerita sederhana yang menarik dan penuh makna, semangat terus penulis untuk berkarya lebih banyak, lebih giat dan lebih baik lagi✨
BalasHapusKeren sekali Pak Anto
BalasHapusMantap sekali ceritanya . . Semoga menjadi inspirasi bagi anak anak di masa sekarang agar tidak sibuk dengan handphone nya dan bisa menghabiskan waktu di luar bersama teman temannya tanpa menggunakan hp tentunya.
BalasHapusMantap pak Anto,,Tulisan kreatif, enak dibaca, tidak membosankan, dan sesuai alurnya! Sudah pantas pak Anto jadi penulis cerpen."ππ»
BalasHapusKeren pak Anto, ceritanya benar-benar hidup membuat pembaca seolah-olah ikut nyebur ke batang Agam
BalasHapusMantap Pak, suasananya hidup dan serasa ikutan nyebur Pak..barakallah
BalasHapusCeritanya sangat bagus,dan membuat sipembaca serasa berada d tempat yg diceritakan
BalasHapusMasya Allah Mantap Pak Anto , Luar biasa ,ceritanya benar-benar hidup membuat pembaca seolah-olah ikut Berenang bersama ke batang Agam ππ―ππ️
BalasHapusMasya Allah.. Cerita bapak luar biasa, cerita yang mampu membawa kami seolah olah kami berada di barang agam yang ikut berenang, mantap pak anto ditunggu cerita berikutnya
BalasHapusCeritanya menarik sekali, teruslah berkarya pak guru hebat.
BalasHapusAlhamdulillah,ceritanya sangat mengisnpirasi luar biasa.
BalasHapusSemoga bisa juga menginspirasi bpk/ibk guru lain untuk melahirkan cerita anak sebagai bagian dari Litnum.semangat guru hebat Qu.
Terus lah berkarya pak,untuk bisa jadi pembelajaran bagi anak anak....
BalasHapusMantap pak anto luar biasa cerita nya...ditunggu cerita berikut nyaa...ππ
BalasHapusCerita yang sangat menarik.
BalasHapusKeren pak Anto, ttaplah berkarya, sngat menginspirasi... Dtunggu karya slnjutnya...
BalasHapuscerinya bagus pak
BalasHapusLuar biasa ceritanya pak anto , lΓ njutkan dengan cerita berikutnya
BalasHapus