Cerita Anak: UNTUNG ADA HENDRA


Adek, anaknya Mba Deno satu sekolah sama Adek?” tanya Bunda suatu hari. Adek yang sedang asik nonton Upin Ipin hanya mengangguk.

Adek, kalo Bunda nanya dijawab!” kakak yang duduk di sampingnya menyikut.

Adek kan udah manggut-manggut,jawab Adzka sewot.

Mba Deno itu yang bantu Bunda bersih-bersih di rumah. Mba Deno punya anak laki-laki yang satu sekolah dengan mereka. Sejak ayah Hendra meninggal, Mba Deno yang bekerja agar Hendra bisa terus bersekolah. Bunda kasian sama Hendra, itu sebabnya Bunda berikan barang-barang Adek yang sudah tidak terpakai. Waktu itu Zahira cerita pada bunda.

“Hendra anaknya pendiam, Bun. Adzka juga kalo ngga dekat sama orang juga diem. Padahal mereka sekelas,cerita Zahira. Adek menatap kakaknya tak suka.

“Lah, gimana Adek? Masak sama Hendra ndak kenal.

“Kenal bun, Adek kan ndak ada jawab ndak kenal,jawab Adzka sewot.

Bunda mau bilang sama Mba Deno kalau libur Hendra main ke sini,lanjut Bunda. Wajah Adek mengerut. Kakak tersenyum geli. Kakak tau adeknya tidak suka sama Hendra.

***

“Kakak, Hendra sepatunya sama persis dengan sepatu Adek yang lepas tapaknya,cerita Adzka suatu hari saat mereka menunggu bus jemputan. Zahira yang sedang menghabiskan sisa roti bekalnya hanya diam. “Udah gitu tadi Adek liat dia pake tas ransel persis hadiah dari Ayah, yang udah ngga Adek pake lagi.lanjutnya. Zahira meneguk air di tumblernya.

Waktu itu bunda pernah cerita, katanya barang-barang Adek yang udah ngga terpakai Bunda berikan ke Hendra.” jawab Kakak .

Adek melotot. “Pantesan!lalu mendengus kesal.

***

Sore itu Adzka protes pada Bunda. “Bun, semua barang-barang Adek kok Bunda kasih sama Hendra?”  

“Kan sudah tidak dipakai lagi,jawab Bunda sambil menyiram tanaman.

“Kok Bunda ndak kasih tau Adek?nada Adzka kesal.

Bunda memang belum cerita. Tapi Adek udah ngga pakai barang-barang itu toh. Dari pada numpuk di lemari mending dipake Hendra. Biar mba Deno ndak beli tas lagi buat anaknya.” Bunda mematung menatap Adzka yang langsung pergi ke kamar. Bunda sudah mendengar dari Zahira kalau adiknya kesal dan tidak suka barang-barangnya dipakai Hendra.

***

Pagi itu di kelas, wajah Adzka pucat. Ia mencari sesuatu di dalam tasnya. Semua benda dikeluarkan. Berkali-kali ia garuk-garuk kepala dan menatap jam. Buku tugas Bahasa Indonesia tertinggal di meja belajar. Kata Bu Aminah minggu lalu, yang tidak mengerjakan tugas mengarang tidak boleh masuk kelas hari ini. Adzka berasa ingin menangis.

Tiba-tiba seseorang menghampirinya dan menyodorkan buku tugasnya. Hendra terlihat ngos-ngosan habis berlari agar tidak terlambat. Bunda pagi-pagi minta tolong mba Deno agar menitipkan buku tugas Adzka yang tertinggal pada Hendra. Hampir saja Hendra terlambat gara-gara buku ini.

Adzka langsung lega. Hampir saja ia berdiri di luar kelas gara-gara buku tugasnya. “Terima kasih Hendra,ucapnya pelan. Hendra mengangguk dan melangkah ke tempat duduknya.

Saat pulang sekolah, Zahira mencari adiknya. Tampak Adzka duduk bersama Hendra sedang asyik mengobrol. Sesekali mereka tertawa bersama. Akrab sekali.

Kalau libur kamu main saja ke rumah aku, ya?ujar Adzka menawarkan. Hendra mengangguk. Zahira tersenyum menghampiri. Untung ada Hendra. [*]

*) Penulis pernah belajar di Sanggar Pelangi Om Yusrizal KW, juga pernah ikutan kelas daring Kak M. Subhan. Dongeng-dongengnya udah nangkring di Majalah Bobo, cerpennya pernah dimuat koran digital REPUBLIKA, Majalah digital Elipsis, Padang Ekspres, Singgalang dan media lain. Penulis setahun lalu hijrah dari kota Padang ke Tanggerang Selatan. Penulis sedang bergabung keanggotaan Pramuda 25 FLP Jakarta. Kenalan yuk sama penulis di akun instagram @efri_yeni_ atau via WA 082379906650.


Ingin naskahmu dimuat di laman pustaka22.com? Baca info pengiriman naskah DI SINI


 

Komentar