Cokelat atau Tahi Ayam?
Sebut saja namanya Didi dan Bambang, masih SD, dan mereka bersahabat.
Suatu hari, keasyikan mereka mengerjakan PR matematika di teras
rumah Didi sedikit terusik saat Bambang melihat sesuatu di sudut teras.
“Di, itu cokelat adikmu tadi deh kayanya.” Bambang menunjuk sesuatu
yang sejak tadi menarik perhatiannya.
Didi mengikuti arah tunjuk Bambang, dan matanya berhenti pada
sesuatu berwarna cokelat di atas keramik paling ujung teras rumah.
“Eh, itu beneran cokelat atau tahi ayam?” tanyanya ragu.
Mereka berdua mendekat untuk memastikan.
Beberapa waktu sebelumnya, adik Didi memang sedang memakan es krim
cokelat saat bermain di teras rumah.
“Bang, menurutmu ini cokelat atau tahi ayam?” Didi melihat onggokan
cokelat (atau tahi ayam) itu lebih dekat.
“Kayanya beneran cokelat, gak ada bau tahi ayam, kan?” Bambang
menjawab meyakinkan.
Mereka sama-sama melotot ke arah sesuatu berwarna cokelat itu.
“Kok aku merasa ini tahi ayam, ya?” Didi tidak yakin itu cokelat.
“Ini cokelat kok, Di.” Bambang tak mau kalah.
“Tahi ayam..!”
“Cokelat…!”
Lama mereka berdebat hingga akhirnya Didi mengeluarkan usulan.
“Kamu kan yakin kalo itu cokelat, ayo buktiin aja!”
Bambang tanpa ragu mencolek onggokan lembek itu dengan ujung
telunjuknya, lalu memasukkan ke mulutnya.
“Bagaimana?” tanya Didi melihat Bambang masih menjilat-jilat lumeran
yang menempel di bibirnya.
“Bener Di, ini tahi ayam!”
Komentar
Posting Komentar