Karya: Rizki Ananda Putri
***
Aku mengambil buku yang dikirim oleh
Paman Agus yang ada di Jerman. Buku hadiah ulang tahunku yang ke-17. Mond, Sonne, Erde und Vers tertera di bagian
sampul depan buku yang berarti Bulan, Matahari,
Bumi, dan Vers. Aku duduk di sebelah Abang Ihsan yang sedang menonton TV di
ruang keluarga. Ayah dan ibu sedang ada kegiatan kantor, kami hanya berdua di rumah.
Kubuka buku dengan sampul bewarna biru tua itu. Aku berencana melanjutkan
bacaanku tadi malam yang sudah hampir setengahnya.
***
Bumi, 3016
Hana
memandangi bulan yang tengah bersinar di langit malam itu, cahayanya menembus
tirai kamarnya yang berada di lantai dua. Dia melangkahkan kakinya ke arah
beranda kamar, memandangi langit yang dipenuhi bintang. Hawa dingin malam itu terasa
begitu menusuk.
Apakah
di Vers Damara juga melihat bintang ini? Dia bergumam dalam hati, matanya memandangi
langit yang menyimpan berbagai rahasia. Esoknya Hana berencana untuk pergi ke
tempat yang disebut Vers. Tempat temannya yang bernama Damara berada, planet
yang hampir menyerupai bumi. ditemukan oleh para ilmuan pada pertengahan abad
ke-20. Dengan massa 6,4185×1023kg, menyerupai massa planet Mars dan
berada pada orbit antara Mars dan Bumi. Planet Vers memiliki oksigen dan
gravitasi seperti yang ada di bumi. Orang-orang yang tinggal di Vers juga
merupakan orang Bumi yang ditugaskan menjalankan planet Vers, hanya saja planet
Vers tidak memiliki kekayaan alam seperti yang ada di Bumi. Vers membutuhkan
Bumi. begitu juga sebaliknya. Semua sumber daya yang ada di bumi seperti tumbuhan,
air, api dan sumber daya lainnya dikirimkan ke Vers, sebagai gantinya, banyak
pabrik, tempat penelitian dan kantor yang dibangun di planet Vers.
Bumi
dan Vers ibarat Bulan dan Matahari. Bulan bisa bersinar karena Matahari, dan
Vers bisa hidup karena Bumi.
“Ayah,
aku akan ke Vers menemui Damara akhir minggu ini. Aku ingin menghabiskan
liburan di sana,” ujar Hana yang pagi itu sedang melahap sarapannya dengan sang
ayah yang merupakan Mentri Luar Planet bagi bumi.
“Tentu
saja boleh. Tapi secepatnya kembali ke Bumi. hari Senin kamu akan sekolah
seperti biasa,” Jendral Sven menghabiskan suapan terakhirnya dan langsung
bersiap-siap untuk pergi bekerja seperti biasanya. Setelah ayahnya pergi, Hana
menyiapkan barang-barang yang dia butuhkan selama berada di Vers, dia akan
menginap di sana sekitar 2 hari. Setelah semuanya beres, siangnya Hana langsung
menuju ke bandara.
***
Vers, 3016
Di
pintu kedatangan bandara Vers, tampak seorang gadis yang seumuran dengannya
berdiri sambil membawa kertas putih bertuliskan namanya.
“Apakah
harus dengan kertas itu?” Hana tersenyum.
“Tentu
saja, kabar ayah kamu gimana?” Damara membantu Hana membawakan tas yang ada di genggamannya.
“Baik.
Kalau ayah kamu gimana?” Hana balik bertanya,
“Baik
juga. Hanya saja di sini sedang ada masalah.” Damara membukakan pintu mobilnya
untuk Hana. Setelah meletakkan barang-barang Hana di bagian belakang mobil,
Damara juga masuk ke mobil dan duduk di sebelah
Hana.
“Jalan
Pak Ibra!” Damara memerintahkan supir pribadinya itu.
“Masalah?”
“Ya.
Persediaan yang dikirim Bumi ke Vers beberapa bulan ini semakin berkurang.
Akibatnya beberapa kegiatan produksi tidak bisa dijalankan. Bahkan banyak
pabrik yang bangkrut.”
Ayah
Damara juga seorang Menteri Dalam Negeri bagi Vers. Itulah alasan kenapa Hana
dan Damara bisa berteman akrab. Ayah mereka adalah dua orang penting bagi Bumi
dan Vers.
“Oh
ya? Aku rasa alasannya karena di bumi sekarang juga sedang dalam masalah.
Banyak kerusakan yang terjadi di Bumi. Saat musim kemarau beberapa bulan lalu
hutan-hutan yang ada di Bumi mengalami kebakaran. Saat ini ketika musim hujan,
beberapa daerah mengalami longsor dan banjir. Mungkin karena itu,” Hana
menjelaskan keadaan Bumi saat ini kepada Damara yang duduk di sebelahnya.
“Apakah
itu memang terjadi dengan sendirinya? aku rasa Bumi dan Vers sudah lama
mengadakan kerjasama. Dari dulu tidak pernah ada kejadian seperti ini. Kenapa
sekarang malah jadi begini?”
Mobil
itu memasuki halaman rumah yang lumayan besar, setelah turun dari mobil, Hana
dan Damara memasuki rumah dengan cat putih itu, di depan pintu berdiri Jendral
Daan menyambut kedatangan mereka.
“Selamat
datang, Hana. bagaimana kabar kamu? Ayahmu sehat?” seraya menyambut Hana dengan
senyumannya.
“Sehat
Om. Kabar Om sendiri bagaimana?” Hana menjabat tangan lelaki itu.
“Sehat.
Ayo masuk. Anggap aja rumah sendiri,” Jendral Daan masuk ke dalam rumah diikuti
langkah Hana dan Damara.
Malam
harinya setelah menyantap makan malam, Hana, Damara dan Jendral Daan bersantai
di ruang keluarga sambil menonton TV.
“Apa
benar sedang ada masalah antara Bumi dan Vers, Om?” Hana bertanya kepada lelaki
paruh baya itu yang sedang terlihat membaca koran.
“Iya.
Beberapa bulan ini, pasokan dari Bumi berkurang. Disebabkan karena keadaan Bumi
yang sedang mengalami banyak kerusakan…” sebelum Ayah Damara menyelesaikan
kata-katanya, tiba-tiba ada berita di TV yang menarik perhatian mereka,
Telah ditangkap beberapa
teroris yang mengaku sebagai perwakilan planet Vers yang menyusup ke Kantor
Hubungan Luar Planet Bumi beberapa jam yang lalu. Ancaman juga diberikan ke Bumi
terkait dengan permasalahan kurangnya pasokan dari Bumi beberapa hari terakhir
Tiba-tiba
telepon genggan yang ada di saku baju Hana bordering.
“Ayah?”
Damara dan ayahnya sontak menoleh ke arah Hana.
“Halo
Hana, tetap berada di rumah Damara beberapa hari ini. Jangan keluar rumah,
keadaan sedang tidak aman,” Ayah Hana berbicara dengan tergesa. Belum sempat
Hana menjawab perkataan Ayahnya, berita terbaru di TV mengalihkan perhatian
mereka.
Terjadinya gencatan
senjata di Gedung Pemerintahan Vers beberapa jam lalu, tepat setelah
tertangkapnya teroris yang diduga masyarakat Vers di Bumi. Untuk sementara
semua hubungan Bumi dan Vers ataupun sebaliknya ditutup. Menunggu kesepakatan
antara wakil-wakil dua Planet yang akan mengadakan pertemuan di Planet Vers.
Selang
beberapa detik telepon rumah Damara berdering, Jendral Daan segera berjalan ke arah
telepon dan tampak dalam perbincangan serius, setelah telepon itu ditutup, dia
terlihat mengambil setelan baju dinas yang ada di kamarnya dengan langkah
tergesa-gesa.
“Tetap
di rumah, Ayah akan pergi ke Gedung Pemerintahan,” dengan langkah tergesa
lelaki paruh baya itu berjalan ke arah pintu keluar.
“Tapi
Ayah, di sana sedang ada genjatan senjata,” Damara berusaha menghentikan
langkah ayahnya.
“Ayah
akan baik-baik saja, ini adalah tugas Ayah sebagai wakil Vers,” sang Ayah
memberikan senyumnya ke anak kesayangannya itu dan berlalu di balik pintu
rumahnya.
“Halo
Hana? Apakah di sana baik-baik saja?” Hana tersadar dari pemandangan yang
sekejap mengambil perhatiannya.
“Ya,
Ayah. Ayah Damara baru saja pergi ke Gedung Pemerintahan terkait dengan
permasalahan ini,” Hana berusaha menjelaskan kepada ayahnya yang masih
terhubung dengan telepon.
“Pokoknya
kalian jangan keluar rumah. Ayah dan yang lainnya sedang berusaha menyelesaikan
permasalahan ini. Beberapa orang utusan Bumi dan Vers akan mengadakan pertemuan
terkait masalah ini. Ayah harus pergi, jaga diri kalian baik-baik” telepon
terputus.
Hana
dan Damara saling berpandangan, perasaan mereka sama-sama gelisah. Apa yang ada
di pikiran mereka sama, apakah semuanya akan baik-baik saja?
“Lebih
baik kita tenang dulu. Ayo kita lihat perkembangannya di TV,” Hana berusaha
menenangkan Damara yang masih terlihat cemas. Hawa dingin malam itu di Vers
terasa semakin menusuk. Lebih dari yang kurasakan pada malam sebelumnya di Bumi.
***
Gedung Pemerintahan Vers, 3016
Beberapa
perwakilan Bumi telah tiba di Vers malam itu, termasuk Jendral Sven selaku
Menteri Luar Planet dari Bumi. di sana juga tampak Jendral Daan yang juga
menteri dalam negeri bagi Vers. Pertemuan dihadiri oleh beberapa orang penting
yang ada di bumi dan vers. Pertemuan kali ini tentunya membahas tentang permasalah
yang sedang terjadi antara Bumi dan Vers.
“Saya
selaku Mentri Luar Planet Bumi ingin menjelaskan tentang permasalahan teroris
dari Vers yang menyusup ke Bumi, juga tentang surat peringatan itu. Bumi
sekarang sedang dalam permasalahan yang serius, beberapa daerah di Bumi
mengalami bencana yang membuat keadaan Bumi juga semakin parah,” Jendral Sven
memulai rapat malam itu.
“Tapi
saya rasa, itu adalah kesalahan masyarakat bumi sendiri yang tidak menjaga lingkungan
dengan baik, lihatlah! Banjir terjadi karena sampah menumpuk yang membuat air
sungai meluap. Longsor terjadi karena adanya penebangan liar, kebakaran hutan
juga terjadi karena perluasan lahan perkebunan dengan membakar hutan secara
ilegal. Apakah kita masih mencari siapa yang salah?” Letnan Sem perwakilan Vers
yang tampak sedikit emosi itu menjelaskan dengan lantang.
“Kita
sekarang tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar! Semua permasalahan
yang ada di Bumi mungkin memang terjadi karena kesalahan masyarakat Bumi. tapi
apakah saat Bumi memiliki masalah, masyarakat Vers tidak mendapat imbasnya
juga? Jika Anda tahu kalau Bumi sedang dalam masalah, apakah menuntut dengan
cara tidak benar seperti ini akan mendatangkan solusinya? Anda harus ingat!
Kita semua awalnya adalah masyarakat Bumi. mereka yang ada di Vers adalah
utusan dari bumi!” Letnan Ruben perwakilan dari bumi juga mulai terpancing
emosi mendengar kata-kata Letnan Sem sebelumnya.
Braak!!
“Jangan
asal menuduh! Kami tidak pernah melakukan hal seperti itu!” seraya memukul meja
di hadapannya dengan keras.
“Letnan
Sem, tahan emosi Anda!” Jendral Daan berusaha menghentikan Letnan Sem yang
semakin terpancing emosi.
“Buktinya
para teroris mengakui kalau mereka adalah utusan dari planet Vers,” Letnan
Ruben memalingkan wajahnya.
“Bisa
saja itu hanya sandiwara dari Bumi. sebagai alasan agar masyarakat Bumi
membenci masyarakat Vers” Letnan Sem membalas dengan ketus.
“Semua
tenang! Kita adalah dua planet yang saling membutuhkan. Bumi yang memberikan
sumber daya ke Vers, namun jika tidak ada Vers, perekonomian Bumi juga menurun.
Banyak pabrik dan perusahaan Bumi yang berdiri di Vers” Jendral Sven mengambil
pembicaraan yang sedari tadi hanya saling menyalahkan antara dua planet itu.
“Itu
benar. Kita melakukan pertemuan di sini untuk mencari solusi terbaik, bukan
saling menyalahkan,” Jenderal Daan juga berusaha menengahi Letnan Sem dan
Letnan Ruben.
“Apa
yang kita lakukan…” belum sempat Jenderal Daan menyelesaikan kata-katanya,
salah satu prajurit masuk dan membisikkan sesuatu ke telinga Jendral Daan.
Setelah
menganggukkan kepalanya dan menyuruh prajurit itu pergi, Jenderal Daan kembali
menjelaskan,
“Saya
sudah mendapat kabar kalau semua teroris yang terkait dalam masalah ini baik di
Bumi ataupun di Vers sudah ditangkap. Mereka adalah anggota organisasi Keano,
organisasi yang anggotanya merupakan rakyat Bumi dan Vers yang menentang kerjasama
antara dua planet. Mereka juga yang menjalankan praktik penebangan hutan secara
ilegal di Bumi. Kepolisian beserta anggota Intelegensi telah berhasil menangkap
pemimpin organisasi dan beberapa anggotanya di markas persembunyian mereka,”
Ruangan seketika menjadi berisik.
Semua anggota yang ikut dalam pertemuan saling membicarakan tentang organisasi
yang selama ini memang sudah lama menjadi incaran bagi kepolisian Bumi maupun Vers.
***
“Ayah,
apakah semuanya baik-baik saja?” Damara menyambut kedatangan Ayahnya.
Setelah
pertemuan antara kedua wakil Planet dilakukan, ada beberapa keputusan yang
diambil. Di antaranya dibentuknya Anggota Peningkatan Pelestarian Lingkungan dan
Organisasi Perhutani yang akan melakukan kegiatan kepedulian terhadap alam dan
pemberantasan kegiatan ilegal yang selama ini menjadi sumber permasalahan di
Bumi. Beberapa perwakilan dari Planet Vers juga membantu kegiatan penyelamatan
Bumi kali ini.
“Semuanya
akan baik-baik saja” Letnan Daan tersenyum ke arah Hana dan Damara yang membuat
kedua gadis itu juga ikut tersenyum.
***
Aku menutup buku yang berada di
pangkuanku, Breaking News yang ada di
TV menarik perhatianku.
Pemerintah melakukan
kegiatan menanam 10.000 pohon di beberapa kota menyambut Hari Lingkungan Hidup
sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni. Kegiatan ini juga melibatkan peranan
masyarakat berbagai kalangan…
“Memang benar, keadaan kini seperti
Bulan dan Matahari. Di sini Matahari dan di sana Bulan. Tak ada yang lebih
baik, menjaganya adalah hal yang terbaik”
Aku bergumam sambil menyaksikan
Berita yang kini sedang kami tonton, Abang Ihsan memandangiku dengan tatapan
kebingungan.
“Apa sih yang kamu bilang?” keningnya
terlihat berkerut,
“Mond, Sonne, Erde und Vers” jawabku
“Hah?”
Aku hanya tersenyum penuh arti. [*]
Rizki Ananda Putri, atau yang biasa dipanggil kiki adalah seorang blasteran dalam negeri keturunan Jawa mix Minang. Hobinya adalah ngonten. kini aktif di social media sebagai Konten Kreator dengan akun @Hobihalanhalan. Menulis adalah hobi lainnya yang Dia ditekuni sejak SMP-SMA, walaupun tidak terlalu aktif lagi menulis cerita fiksi, hobi menulisnya kini salurkan ke dalam dunia digital marketing atau yang lebih dikenal dengan istilah copywriting. Kiki adalah seorang ekstrovert yang sampai saat ini masih nyaman berada di perantauan dan hiruk pikuk dunia Ibukota.
Komentar
Posting Komentar